DM merupakan suatu penyakit yang melibatkan hormon endokrin pankreas antara lain insulin dan glukagon, yang manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang pada gilirannya merangsang kondisi hiperglikemia. WHO juga mempertegas defenisi dibetes melitus sebagai keadaan hiperglikemia kronis disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis tidak dapat desembuhkan tetapi dapat dikontrol.9
Klasifikasi DM
WHO mengklasifikasikan DM berdasarkan gambaran klinis dan tujuan pengobatan. Oleh sebab itu digunakan istilah insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) yang bergantung pada insulin dan Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang tidak bergantung pada insulin. Sedangkan American Diabetes Association (ADA) menitikberatkan klasifikasi DM pada etiologinya, yang membagi DM pada 4 kelompok yaitu DM Tipe 1, DM Tipe 2, DM bentuk khusus, dan DM gestasional.6
a. DM Tipe 1
DM tipe 1 (DMTI) merupakan penyakit autoimun dengan ciri khas terjadinya destruksi sel beta pankreas dan defisiensi insulin yang absolut dan sering dikaitan dengan faktor genetik, jadi apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita DM, maka presentase untuk menderita penyakit tersebut juga akan bertambah. DM tipe ini terjadi 5-10 % dari semua kasus DM dan biasa terjadi pada usia kurang dari dua puluh tahun.6,7,10
b. DM Tipe 2
Dari semua penderita DM, lebih dari 90% menderita DM tipe 2 yang biasa disebut diabetes dewasa (adult-onset diabetes) karena biasanya mulai timbul pada usia lanjut. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya berat badan anak usia muda, dan pola hidup yang tidak sehat DM tipe 2 semakin banyak dijumpai pada remaja dan dewasa muda. Pada tipe ini ada dua penyebab utama, pertama timbulnya resistensi terhadap insulin yang akan menyebabkan jaringan tubuh kurang peka terhada efek insulin. Akibatnya, gula dalam darah kesulitan untuk masuk kedalam sel-sel tubuh dan meningkat didalam darah, dimana untuk menurunkan kadar gula didalam darah dibutuhkan lebih banyak insulin.
Penyebab kedua yaitu kurangnya insulin relatif oleh sel β pankreas yang fungsinya masih baik tetapi tidak mamapu mencukupi kebutuhan yang meningkat. Faktor yang mempengaruhi terjadinya resistensi insulin antara lain, kelebihan berat badan (obesitas), usia lanjut, gaya hidup yang kurang gerak, kerentanan yang diturunkan, dan keadaan hormonal tertentu, misalnya sindrom ovarium polisistik.7,10
c. DM bentuk khusus
Ada beberapa tipe DM yang lain seperti kerusakan genetik sel β, kerusakan genetik insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.11
Patogenesis DM Tipe 2
Hormon insulin mempengaruhi metabolisme glukosa dalam tubuh, hormon ini berasal dari polipeptida yang dihasilkan kelenjar pankreas. Sel β merupakan sel yang terdapat dalam suatu kelompok sel (islet of langerhans) dalam pankreas yang menghasilkan insulin.7
Pada DM Tipe 2 terjadi penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin (resistensi insulin) dan menurunnya kemampuan sel β dalam mensekresi insulin sebagai respon terhadap glukosa yang berlebihan. Pada tipe ini sebagian besar diawali dengan kegemukan, sebagai kompensasinya sel β akan memproduksi insulin lebih banyak yang akan menyebabkan kadar insulin meningkat didalam darah (hiperinsulinemia). Keadaan ini menyebabkan reseptor insulin akan melakukan pengaturan sendiri (self regulation) dengan menurunkan jumlah reseptor (down regulation). Hal ini akan berdampak pada menurunnya respon reseptornya dan lebih lanjut mengakibatkan terjadinya resistensi insulin.12
Kegemukan tersebut sebenarnya mempengaruhi resistensi insulin melalui beberapa jalur. Pertama, adanya asam lemak tak jenuh pada sel hepar dan otot akan memicu terjadinya oksidasi asam lemak yang pada suatu fase fosforilasi pada residu serin akan menyebabkan menurunnya kemampuan sinyal insulin. Kedua, adipokin (adipose sitokin) yang merupakan kumpulan protein yang disekresikan jaringan adipose dapat bekerja seperti hormon. Ketiga, inflamasi yang disebabkan oleh agen proinflamasi sitokin (seperti Tumor Necrosis Factor (TNF) dan IL-6) yang juga hasil sekresi jaringan adiposa dapat memicu resistensi dengan mempengaruhi jalur-jalur sinyal pascareseptor.10
Disamping itu gejala yang sering menyertai DM Tipe 2 yaitu poliuria, polidipsia, dan polifagia. Meningkat volume urin atau poliuria disebabkan oleh diuresis osmotik (akibat peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemik) dan benda-benda keton dalam urin, yang apabila berlanjut diuresis osmotik tersebut akan menyebabkan dehidrasi, kelaparan dan shock. Sedangkan gejala haus (polidipsia) dan lapar (polifagia) terjadi karena kehilangan cairan dan ketidakmampuan tubuh menggunakan nutrisi, kadar glukosa darah sangat tinggi, tetapi tubuh tidak bisa menggunakannya secara efektif untuk membentuk energi, sebagai dampaknya terjadi peningkatan katabolisme protein dan lemak untuk mendapatkan energi tersebut.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar