Pola Makan Sehat
Makanan yang sehat tentunya mengandung semua unsur gizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh, Baik protein, Karbohidrat, lamak, vitamin, Mineral dan air. Sebisa mungkin menghindari makanan yang mengandung lemak yang tinggi, Menghindari makanan yang berpengawet, Perbanyak konsumsi buah dan sayur – sayuran, Mengurangi makanan yang bersantan, Memperhatikan tekhnik pengolahan makanan, Perbanyak konsumsi air putih dan hindari minuman beralkohol (Wafiq Hisyam, 2007).
Aktifitas fisik/olahraga
Manfaat yang dapat diperoleh dari aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur telah banyak dilaporkan. Aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur selama 30 menit setiap hari minimal 3 kali dalam seminggu akan membantu memperpanjang umur harapan hidup dan menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit (Ramadhan, 2008).
Olah raga yang teratur akan membantu menjaga tubuh tetap sehat dan bugar karena kalori terbakar setiap hari serta mengendurkan semua otot yang kaku. Olahraga dapat membantu meningkatkan kekuatan tulang, kekebalan tubuh, menguatkan paru-paru, menurunkan emosi negatif, mempercantik tubuh dan kulit, menambah tenaga, mengurangi dampak proses penuaan, serta membantu tidur nyenyak. Dampak olah raga tersebut akan dirasakan bila olah raga minimal aerobik dilakukan 3-5 kali seminggu selama 30 menit dengan pemanasan terlebih dahulu (Ramadhan, 2008). Sesuai dengan pernyataan Ayers, Bruno dan Langford (1999) bahwa pola hidup yang cenderung meningkatkan resiko menderita penyakit dilihat dari aktifitas fisik adalah individu yang lebih banyak duduk, tidak berolah raga atau melakukan olah raga tidak teratur atau frekuensi latihan fisik tidak mencapai 30 menit dengan aktifitas minimal 3 kali dalam satu minggu.
Individu yang memiliki aktifitas fisik rendah beresiko mengalami beragam penyakit seperti diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan obesitas yang merupakan faktor-faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler, gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal. Hal ini diestimasi berdasarkan studi epidemiologi terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan serangkaian pemeriksaan kesehatan terhadap individu yang mengalami penyakit ginjal terkait dengan peningkatkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Jepang. Adanya hubungan antara gagal ginjal kronik dan gaya hidup yang berisiko akan membantu dalam meningkatkan upaya-upaya pencegahan penyakit gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal (Iseki, 2005).
Kebiasaan Merokok
Pernyataan Ayers, Bruno dan Langford (1999) bahwa pola hidup yang tidak baik dilihat dari penggunaan zat adalah perilaku beresiko seperti merokok, menggunakan obat-obatan tidak sesuai dengan aturan yang telah diberikan, penggunaan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, dan sebagainya. Perilaku ini bila dilakukan oleh individu dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan kerja ginjal yang berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Pendapat lain yang juga mengemukakan, individu yang merokok beresiko menderita gagal ginjal kronik 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak merokok. Risiko menderita gagal ginjal kronik ini tetap lebih tinggi pada perokok, meskipun kemudian memutuskan untuk berhenti merokok. Namun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan individu yang memutuskan untuk tetap merokok. Perokok yang telah berhenti berisiko 1,08 kali menderita gagal ginjal kronik sedangkan yang memilih untuk tetap merokok 2,4 kali lebih mungkin mengalami gagal ginjal kronik (Shankar dkk, 2006).
Mekanisme seseorang mengalami gagal ginjal kronik yang berlanjut menjadi gagal ginjal terminal yang diinduksi oleh rokok, terjadi melalui tiga cara. Mekanisme pertama yaitu melalui nonhemodinamik (Nonhemodynamic mechanisms as potential mediators of smoking-induced renal damage). Secara sederhana dapat dideskripsikan bahwa zat-zat racun yang terkandung di dalam rokok telah mengakibatkan terjadinya disfungsi endotelial. Nikotin menyebabkan sel manusia mengalami proliferasi disamping meningkatkan fibronectin sampai 50%. Hal ini menginduksi ginjal mengalami fibrosis yang pada akhirnya mengurangi kerja ginjal dalam mengeksresikan urin. Zat lain yang turut merusak ginjal yaitu cadmium (Cd) yang terkandung di dalam rokok dimana penumpukan zat ini di korteks ginjal mengakibatkan kerusakan jaringan karena toksisitas zat tersebut yang akan menimbulkan jaringan parut pada ginjal. Mekanisme selanjutnya yaitu terjadi secara hemodinamik (Hemodynamic mechanisms as potential mediators of smoking-induced renal damage). Zat-zat berbahaya di dalam rokok selain memicu perubahan secara langsung pada organ ginjal, beresiko meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah merupakan faktor penting terhadap progresifitas penyakit gagal ginjal kronik. Mekanisme kerusakan ginjal terakhir dapat terlihat secara histopatologik (Histopathologic features of smoking-induced renal damage). Gambaran histopalotogik yang ditemukan memperlihatkan progressi kerusakan glomerulus
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol
Alkohol dapat mempengaruhi sistem tubuh sebagai berikut :
- Sistem kekebalan tubuh.alkohol menurunkan kemampuan sel darah putih untuk melawan penyakit, maka itu meningkatkan resiko radang paru-paru, TBC, hepatitis, beberapa penyakit kanker.
- Sistem kelenjar endokrin yang mana minimum 2 atau 3 gelas alkohol dapat menyebabkan keguguran, kelahiran mati dan kelahiran prematur.
- Sistem pencernaan alkohol melukai perut sehingga mengakibatkan lambung berdarah.kebiasaan mengunakan alkohol meningkat resiko hati berlemak, hepatitis dan siratis hati.
Karakteristik Individu
Muchlas (2004) menyebut bahwa manusia berpilaku tinggi ataupun buruk ditentukan oleh 4 (empat) variable yaitu, Karakteristik biografik, kemampuan, kepribadian dan proses belajar. Karekteristik biografik pada diri individu dapat berupa : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota dalam keluarga, pendapatan dan senioritas. Pernyataan ini didukung oleh Hughes dalam Atkinson (2004) yang menemukan bahwa faktor karekteristik manusia berupa umur dan jenis kelamin serta lama kerja mempengaruhi aktifitas bekerja seseorang.
Insidensi gagal ginjal kronik meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur diatas 45 (empat lima tahun), 50 (lima puluh) – 60 (emam puluh) % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Gagal ginjal kronik merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45(empat puluh lima) tahun, Dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembulu darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Anindy,2009).
Laki – laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita gagal ginjal kronik lebih awal. Laki – laki juga mempunyai risiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 (lima puluh) gagal ginjal kronik lebih banyak terjadi pada perempuan (Anindy,2009)
Pada umurnya, Pria memiliki kemampuan lebih besar untuk tersangka gagal ginjal kronik dari pada wanita. Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku tidak sehat, Seperti merokok dan kelebihan berat badan, Depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Akan tetapi, Pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, Seperti perasan kurang nyaman terdapat pekerjaan dan penggangguran (Widjadja,2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar