Perpindahan
Kalor
Perkembangan
penelitian
tentang
konduktivitas
termal nanofluida telah banyak dilakukan
oleh para peneliti terdahulu dan menunjukkan
bahwa nanofluida merupakan fluida
kerja
yang
cukup
handal dalam proses perpindahan kalor
konduksi. Choi (1995),
adalah
orang
pertama yang
menggunakan istilah
nanofluida yang menunjukkan fluida dengan nano partikel tersuspensi..
(Eastmann et.al 1997),
menunjukkan bahwa peningkatan
konduktivitas
termal
sekitar
60% dapat dicapai untuk nanofluida terdiri dari
air
dan
volume 5% nanopartikel CuO. Yimin Xuan dan Qiang Li (2000),
juga melakukan penelitian
tentang peningkatan perpindahan kalor
pada nanofluida. Mereka menjelaskan suatu prosedur untuk mempersiapkan nanofluida dengan menggunakan peralatan hot wire untuk mengukur konduktivitas termal nanofluida dengan nanopartikel
bubuk tembaga yang
tersuspensi.
Das,
et.al.
(2003),
melakukan
pengukuran
diffusivitas termal dan konduktivitas termal pada nanofluida dengan nanopartikel
Al2O3 atau
CuO
sebagai
bahan
suspensinya. Das et. al. (2003), meneruskan penelitiannya mengenai konduktivitas termal pada nanopartikel Au yang diukur dengan media air dan toluene. Mansoo
Choi et.al.(2003), penelitiannya tentang konduktivitas termal pada
multiwalled
carbon nanotubes (CNTs). Dengan
memperlakukan CNTs
dan
menggunakan asam
nitrit terkonsentrasi untuk menguraikan kumpulan CNT dalam memproduksi nanofluida CNT. P.E. Phelan
et.al.(2004), menggunakan teknik simulasi dinamika Brownian di dalam
menghitung konduktivitas termal efektif dari nanofluida. Stephen U.S.
Choi
et.al.(2004), menemukan bahwa gerak Brownian dari nanopartikel pada tingkat
skala nano
dan
molekul adalah suatu mekanisme pengatur sifat termal dari nanofluida.
Suatu
permodelan yang komprehensif
telah diusulkan untuk
menjelaskan peningkatan yang besar dari konduktivitas termal di dalam nanofluida dan ketergantungannya akan temperatur,
dimana teori model
konvensional
tidak
mampu untuk
menjelaskannya. Adapun model yang diusulkan tersebut
adalah model partikel diam (stationary particle model), yang menjelaskan
ketergantungan nilai k pada
konsentrasi volume dan ukuran
partikel. Dan model yang kedua adalah model partikel bergerak (moving particle model) yang menjelaskan
bahwa
ketergantungan
yang
kuat
akan
temperatur
pada
medium dihubungkan dengan variasi kecepatan nano
partikel dengan temperatur.
Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan nanofluida dengan
nanopartikel Al2O3 sebagai
media pendinginnya. Dan dengan
menggunakan alat penukar kalor
radiator otomotif yang dipasang pada sebuah terowongan angin (wind tunnel). Konsentrasi nanopartikel yang
dipakai
sebesar
1%
dan
4%.
Pengukuran yang dilakukan
untuk menentukan nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi nanofluida
pada
radiator
tersebut dan dibandingkan dengan fluida
dasarnya (air).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar