Siklus reproduksi pada wanita umumnya mencakup pada apa saja yang terjadi di ovarium dan uterus, berlangsung setiap 24-35 hari, dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
1. Fase Menstruasi
Fase menstruasi mengawali siklus reproduksi, berlangsung selama kurang lebih 5 hari. Di ovarium, dengan dipengaruhi oleh FSH, terjadi perkembangan folikel primordial menjadi folikel primer, kemudian menjadi folikel sekunder. Sedangkan di uterus, terjadi peluruhan endometrium yang disebabkan karena sekresi estrogen dan progesteron menurun. Darah menstruasi keluar melalui vagina.
2. Fase Pra-ovulasi
Fase ini berlangsung dari hari ke-6 sampai hari ke-13 dari siklus reproduksi (siklus reproduksi 28 hari). Di ovarium, folikel sekunder mensekresikan estrogen dan inhibin yang akan menghambat sekresi FSH untuk mencegah perkembangan folikel sekunder yang lain sehingga mengalami degenerasi. Pada hari ke-6, folikel yang berkembang lebih dari yang lain disebut folikel dominan. Folikel ini akan terus berkembang menjadi folikel de graaf dan siap untuk ovulasi. Selama proses pematangan, folikel ini terus mensekresikan hormon estrogen. Estrogen menstimulasi penebalan endometrium. Sel stratum basalis mengalami mitosis dan membentuk stratum functionalis yang baru. Fase pra-ovulasi ini disebut juga fase proliferasi.
3. Fase ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan oosit sekunder oleh folikel de graaf, berlangsung pada hari ke-14. Kadar estrogen yang tinggi merangsang sekresi GnRH dan LH. GnRH merangsang sekresi FSH dan LH. LH menyebabkan folikel de graaf robek dan melepaskan oosit sekunder menuju tuba fallopi.
4. Fase Post-ovulasi
Ini adalah fase akhir dari siklus reproduksi pada wanita, berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke 28. Fase ini disebut juga fase luteal. Di ovarium, atas pengaruh LH, corpus luteum mensekresikan progesteron, estrogen, relaksin, dan inhibin. Jika oosit yang mengalami ovulasi tidak dibuahi, corpus luteum hanya bertahan maksimal 2 minggu, kemudian berdegenerasi menjadi corpus albicans. Dengan menurunnya kadar progesteron, estrogen, dan inhibin, sekresi GnRH, FSH, dan LH meningkat. Perkembangan folikel berlanjut dan siklus ovari yang baru dimulai. Jika oosit sekunder dibuahi, corpus luteum tidak mengalami degenerasi karena adanya hCG (human chorionic gonadotropin) yang diproduksi oleh chorion embrio pada hari ke-8 sejak pembuahan. hCG menstimulasi sekresi hormon oleh corpus luteum. Adanya hCG pada darah atau urine ibu dapat dideteksi dengan menggunakan alat tes kehamilan.
Progesteron dan estrogen yang disekresikan oleh corpus luteum menstimulasi penebalan endrometrium. Puncak perubahan pada endometrium terjadi pada hari ke-7 setelah ovulasi, dimana diperkirakan ovum akan sampai di uterus. Jika tidak terjadi pembuahan, level progesteron dan estrogen menurun karena corpus luteum mengalami degenerasi. Menurunnya kadar progesteron dan estrogen menyebabkan menstruasi.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin dan sistem reproduksi mempunyai kaitan yang sangat erat. Sistem endokrin mengontrol sistem-sistem yang lain, dan salah satunya adalah sistem reproduksi. Hormon-hormon yang terdapat pada sistem endokrin berpengaruh pada organ reproduksi, dan berbeda antara wanita dan pria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar