PERLAKUAN
PANAS
Perlakuan panas adalah proses
pemanasan dan pendinginan material yang terkontrol dengan maksud merubah sifat
fisik untuk tujuan tertentu. Secara umum proses perlakuan panas
adalah sebagai berikut:
a.
Pemanasan material sampai suhu tertentu
dengan kecepatan tertentu pula.
b.
Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu
sehingga temperaturnya merata
c. Pendinginan dengan media pendingin
(air, oli atau udara)
Ketiga
hal diatas tergantung dari material yang akan di heat treatment dan sifat-sifat
akhir yang diinginkan. Melalui perlakuan panas yang tepat tegangan dalam dapat
dihilangkan, besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan
atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang ulet.
Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia logam harus
diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon(C) dapat
mengakibatkan perubahan sifat fisis.
1. Annealing
Proses annealing yaitu proses pemanasan
material sampai temperatur austenit lalu ditahan beberapa waktu kemudian
pendinginannya dilakukan perlahan-lahan di dalam tungku. Keuntungan yang
didapat dari proses ini adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan kekerasan
2. Menghilangkan tegangan sisa
3. Memperbaiki sifat mekanik
4. Memperbaiki mampu mesin dan mampu
bentuk
5. Menghilangkan terjadinya retak
panas
6. Menurunkan atau menghilangkan
ketidak homogenan struktur
7. Memperhalus ukuran butir
8. Menghilangkan tegangan dalam dan
menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas.
Proses
Anil tidak dimaksudkan untuk memperbaiki sifat mekanik baja perlitik dan baja perkakas.
Sifat mekanik baja struktural diperbaiki dengan cara dikeraskan dan kemudian
diikuti dengan tempering. Proses Anil terdiri dari beberapa tipe yang
diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :
1. Full Annealing
Full annealing terdiri dari austenisasi dari baja yang bersangkutan
diikuti dengan pendinginan yang lambat di dalam dapur. Temperatur yang dipilih
untuk austenisasi tergantung pada karbon dari baja yang bersangkutan. Full annealing untuk baja hipoeutektoid dilakukan pada temperatur austenisasi sekitar 50oC diatas
garis A3 dan untuk baja hipereutektoid dilaksanakan dengan cara memanaskan baja tersebut
diatas A1.
Full Annealing akan memperbaiki mampu
mesin dan juga menaikkan kekuatan akibat butir-butirnya menjadi halus.
2. Spheroidized
Annealing
Spheroidized annealing
dilakukan dengan memanaskan baja sedikit diatas atau dibawah temperatur kritik
A1 (lihat Gambar 8.1) kemudian didiamkan pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan yang
lambat. Tujuan dari Spheroidized
annealing adalah untuk memperbaiki mampu mesin dan memperbaiki mampu
bentuk.
3. Isothermal Annealing
Isothermal annealing dikembangkan dari diagram TTT. Jenis proses ini dimanfaatkan untuk
melunakkan baja-baja sebelum dilakukan proses permesinan. Proses ini terdiri
dari austenisasi pada temperatur annealing (Full annealing) kemudian diikuti dengan pendinginan yang relatif
cepat sampai ke temperatur 50 - 60oC dibawah garis A1 (menahan secara isothermal pada daerah perlit)
.
.4. Proses
Homogenisasi
Proses ini dilakukan pada rentang
temperatur 800 - 1200oC. Proses difusi yang terjadi pada temperatur ini akan
menyeragamkan komposisi baja. Proses ini diterapkan pada ingot baja-baja paduan
dimana pada saat membeku sesaat setelah proses penuangan, memiliki struktur
yang tidak homogen. Seandainya ketidakhomogenan tidak dapat dihilangkan
sepenuhnya, maka perlu diterapkan proses homogenisasi atau "diffusional annealing". Proses
homogenisasi dilakukan selama beberapa jam pada temperatur sekitar 850 - 1200oC. Setelah
itu, benda kerja didinginkan ke 800 - 850oC, dan selanjutnya didinginkan
diudara. Setelah proses ini, dapat juga dilakukan proses normal atau anil untuk
memperhalus struktur over-heat.
Perlakuan seperti ini hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang khusus karena
biaya prosesnya sangat tinggi.
.5. Stress Relieving
Stress relieving adalah salah satu proses perlakuan panas yang ditujukan untuk
menghilangkan tegangan-tegangan yang ada di dalam benda kerja, memperkecil
distorsi yang terjadi selama proses perlakuan panas dan, pada kasus-kasus tertentu,
mencegah timbulnya retak. Proses ini terdiri dari memanaskan benda kerja sampai
ke temperatur sedikit dibawah garis A1 dan menahannya untuk jangka waktu
tertentu dan kemudian di dinginkan di dalam tungku sampai temperatur kamar.
Proses ini tidak menimbulkan perubahan fasa kecuali rekristalisasi. Banyak
faktor yang dapat menimbulkan timbulnya tegangan di dalam logam sebagai akibat
dari proses pembuatan logam yang bersangkutan menjadi sebuah komponen. Beberapa
dari faktor-faktor tersebut antara lain adalah : Pemesinan, Pembentukan,
Perlakuan panas, Pengecoran, Pengelasan, dan lain-lain. Penghilangan
tegangan sisa dari baja dilakukan dengan memanaskan baja tersebut pada
temperatur sekitar 500 - 700oC, tergantung pada jenis baja yang diproses. Pada
temperatur diatas 500 - 600oC, baja hampir sepenuhnya elastik dan menjadi
ulet. Berdasarkan hal ini, tegangan sisa yang terjadi di dalam baja pada
temperatur seperti itu akan sedikit demi sedikit dihilangkan melalui deformasi
plastik setempat akibat adanya tegangan sisa tersebut.
Timbulnya Tegangan di dalam Benda Kerja
Beberapa
faktor penyebab timbulnya tegangan di dalam logam sebagai akibat dari proses
pembuatan logam tersebut menjadi sebuah komponen adalah :
1. Pemesinan
Jika suatu
komponen mengalami proses pemesinan yang berat, maka akan timbul tegangan di
dalam komponen tersebut. Tegangan yang berkembang di dalam benda kerja dapat
menimbulkan retak pada saat dilaku panas atau mengalami distorsi. Hal ini
disebabkan karena adanya perubahan pada pola kesetimbangan tegangan akibat
penerapan proses pemesinan yang berat.
2. Pembentukan
Proses metal
forming juga akan mengakibatkan tegangan dalam akan berkembang, seperti pada
proses coining, bending, drawing, dan sebagainya.
3. Perlakuan Panas
Perlakuan panas
juga merupakan salah satu penyebab timbulnya tegangan dalam komponen. Hal ini
terjadi sebagai akibat tidak homogennya pemanasan dan pendinginan atau sebagai
akibat terlalu cepatnya laju pemanasan ke temperatur austenitisasi. Pada
beberapa kasus, tegangan dalam terjadi akibat adanya transformasi fasa selama
proses pendinginan berlangsung. Transformasi fasa senantiasa diiringi dengan perubahan volume
spesifik.
4. Pengecoran
Tegangan dalam
selalu ada pada produk-produk cor sebagai akibat dari tidak meratanya pendinginan
dari permukaan ke bagian dalam benda kerja dan juga akibat adanya perbedaan
laju pendinginan pada berbagai bagian
produk cor yang sama.
5. Pengelasan
Tegangan
dalam juga terjadi pada suatu komponen yang mengalami pengelasan, soldering,
dan brazing. Tegangan tersebut terjadi karena adanya pemuaian dan pengkerutan
di daerah yang dipengaruhi panas (HAZ) dan juga di daerah logam las.
Temperatur Stress Relieving
Tegangan
sisa yang terjadi di dalam logam sebagai akibat dari faktor-faktor di atas
harus dapat dihilangkan, agar sifat yang diinginkan dari komponen tersebut
dapat diperoleh. Proses penghilangan tegangan sisa biasanya dilakukan dengan
cara memanaskan benda kerja di bawah temperatur A1. Pemanasan
menyebabkan turunnya kekuatan mulur logam.
Penghilangan
tegangan sisa pada baja dilakukan dengan memanaskan baja tersebut ada
temperatur sekitar 550 - 7000C, tergantung pada jenis baja yang
diproses. Pada tempertur di atas 500 - 6000C, baja hampir sepenuhnya
elastik dan menjadi ulet. Berdasarkan hal tersebut, tegangan sisa yang terjadi
di dalam baja pada temperatur itu akan sedikit demi sedikit dihilangkan melalui
deformasi plastik setempat akibat adanya tegangan sisa tersebut.
Setelah
dipanaskan sampai temperatur stress relieving, benda kerja ditahan pada temperatur
itu untuk jangka waktu tertentu agar diperoleh distribusi temperatur yang
merata di seluruh benda kerja. Kemudian didinginkan dalam tungku sampai
temperatur 3000C dan selanjutnya didinginkan di udara sampai ke
temperatur kamar. Perlu diperhatikan bahwa selama pendinginan, laju pendinginan
harus rendah dan homogen agar dapat dicegah timbulnya tegangan sisa yang baru.
Temperatur
stress relieving yang spesifik dan lazim diterapkan pada beberapa jenis baja
adalah :
Untuk menghilangkan semua tegangan
sisa yang ada, proses stress relieving harus dilakukan pada temperatur
mendekati temperatur yang tertinggi pada rentang temperatur yang diijinkan,
tetapi hal ini akan menimbulkan oksidasi dipermukaan benda kerja dan timbulnya
pelunakan pada baja-baja hasil proses pengerasan atau temper. Oleh sebab itu
disarankan agar melakukan stress relieving pada temperatur yang relatif lebih
rendah dari rentang temperatur yang diijinkan. Semakin tinggi temperatur stress
relieving akan menyebabkan makin rendah tegangan sisa yang ada pada benda
kerja. Benda kerja yang dikeraskan dan ditemper harus di stress
relieving pada temperatur sekitar 25o dibawah temperatur tempernya.
Tegangan
sisa yang terjadi akibat proses pengelasan dapat dihilangkan dengan memanaskan
benda kerja sekitar 600 – 650oC dan ditahan pada temperatur tersebut
untuk jangka waktu tertentu. Biasanya, waktu penahanan yang diperlukan sekitar
3 – 4 menit untuk setiap mm tebal benda kerja, kemudian didinginkan dengan laju
pendinginan sekitar 50 - 100o C
per jam sampai ke temperatur 300oC. Pendinginan yang rendah dan homogen diperlukan
untuk mencegah timbulnya tegangan sisa baru pada saat pendinginan dan untuk
mencegah timbulnya retak.
Tegangan
sisa bisa juga terjadi pada benda kerja yang dikeraskan akibat kesalahan
penggerindaan. Tegangan
tersebut bahkan dapat menimbulkan retak pada saat atau sesudah penggerindaan.
Benda kerja tersebut biasanya diselamatkan dengan cara memberikan stress
relieving antara 150 - 400o C
pada atau dibawah temperatur tempernya sesaat setelah dilakukan proses
penggerindaan. Pahat-pahat juga akan memiliki tegangan sisa yang sangat tinggi
pada saat digunakan. Dengan demikian, sangatlah bermanfaat untuk menerapkan
stress relieving pada pahat-pahat tersebut dengan cara memanaskan pahat
tersebut dibawah temperatur tempernya.
. Tungku Pemanas untuk Stress
Relieving
Siklus stress relieving sangat
tergantung pada temperatur, oleh karena itu disarankan untuk menggunakan tungku
yang baik, disarankan untuk menggunakan dapur listrik, dan pendinginan dalam
dapur bertujuan untuk menghindari timbulnya tegangan sisa baru.
Normalizing
Proses normalizing atau menormalkan adalah jenis perlakuan panas yang umum
diterapkan pada hampir semua produk cor, over-heated
forgings dan produk-produk tempa yang besar. Normalizing ditujukan untuk memperhalus butir, memperbaiki mampu
mesin, menghilangkan tegangan sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik baja
karbon struktural dan baja-baja paduan rendah. Normalizing terdiri dari proses pemanasan baja diatas
temperatur kritik A3 atau Acm dan ditahan pada temperatur tersebut untuk
jangka waktu tertentu tergantung pada jenis dan ukuran baja (lihat Gambar 8.2).
Agar diperoleh austenit yang homogen, baja-baja hypoeutektoid dipanaskan 30 - 40oC diatas garis A3 dan untuk baja hypereutektoid dilakukan dengan memanaskan 30 - 40oC diatas
temperatur Acm . Kemudian menahannya pada temperatur tersebut
untuk jangka waktu tertentu sehingga transformasi fasa dapat berlangsung
diseluruh bagian benda kerja, dan selanjutnya didinginkan di udara.
Normalizing dilakukan karena tidak diketahui bagaimana proses dari
pembuatan benda kerja ini apakah dikerjakan dingin (cold Working) atau pengerjaan Panas (Hot Working). Dimana normalizing ini bertujuan untuk mengembalikan atau memperhalus struktur
butir dari benda kerja.
Normalizing terdiri dari proses pemanasan baja di atas temperatur kritis A3
atau Acm dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu tergantung pada jenis dan ukuran baja. Agar diperoleh austenit ynag
homogen, baja – baja hypoeutektoid dipanaskan pada temperatur 30 – 400C
di atas garis A3. Pemanasan pada temperatur austenit yang terlalu
tinggi akan menyebabkan tumbuhnya butir – butir austenit. Demikian juga untuk
waktu penahan pada temperatur austenit yang terlalu lama akan mengakibatkan
tumbuhnya butir – butir austenit.
Setelah waktu penahan selesai, benda kerja kemudian didinginkan di udara.
Struktur baja hypoeutektoid yang akan dihasilkan terdiri dari ferit dan perlit.
Perlu diketahui bahwa batas – batas butir yang baru tidak ada hubungannya
dengan batas – batas butir sebelum baja dinormalkan. Setelah penormalan akan
terjadi perbaikan terhadap strukturnya diiringi dengan timbulnya perbaikan
sifat mekaniknya.
Sifat mekanik yang akan diperoleh setelah proses penormalan tergantung pada
laju pendinginan di udara. Laju pendinginan yang agak cepat akan menghasilkan
kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi.
Manfaat proses Normalizing adalah sebagai berikut:
1. Normalizing biasa digunakan untuk menghilangkan struktur
butir yang kasar yang diperoleh dari proses pengerjaan sebelumnya yang dialami
oleh baja.
2. Normalizing berguna untuk mengeliminasi struktur kasar
yang diperoleh akibat pendinginan yang lambat pada prses anil.
3. Berguna untuk menghilangkan jaringan sementit
yang kontinyu yang mengelilingi perlit pada baja perkakas.
4.
Menghaluskan ukuran perlit dan ferit.
5.
Memodifikasi dan menghaluskan struktur cor dendritik.
6.
Mencegah distorsi dan memperbaiki mampu karburasi pada
baja – baja paduan karena temperatur normalizing
lebih tinggi dari temperatur karbonisasi.
. Hardening
Hardening adalah proses perlakuan panas yang diterapkan untuk menghasilkan benda
kerja yang keras. Perlakuan ini terdiri dari memanaskan baja sampai temperatur
pengerasannya (Temperatur austenisasi) dan menahannya pada temperatur tersebut
untuk jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan dengan laju pendinginan
yang sangat tinggi atau di quench
agar diperoleh kekerasan yang diinginkan. Alasan memanaskan dan menahannya pada
temperatur austenisasi adalah untuk melarutkan sementit dalam austenit kemudian
dilanjutkan dengan proses quench.
Quenching merupakan proses
pencelupan baja yang telah berada pada temperatur pengerasannya (temperatur austenisasi), dengan laju pendinginan yang
sangat tinggi (diquench), agar
diperoleh kekerasan yang diinginkan
Pada tahap ini, karbon yang
terperangkap akan menyebabkan tergesernya atom-atom sehingga terbentuk struktur
body center tetragonal. Atom-atom
yang tergeser dan karbon yang terperangkap akan menimbulkan struktur sel satuan
yang tidak setimbang (memiliki tegangan tertentu). Struktur yang bertegangan
ini disebut martensit dan bersifat sangat keras dan getas. Biasanya baja yang
dikeraskan diikuti dengan proses penemperan untuk menurunkan tegangan yang
ditimbulkan akibat quenching karena
adanya pembentukan martensit (Suratman,1994).
Tujuan utama proses pengerasan adalah untuk meningkatkan kekerasan benda
kerja dan meningkatkan ketahanan aus. Makin tinggi kekerasan akan semakin tinggi pula
ketahanan ausnya.
1. Temperatur Pemanasan
Temperatur
pengerasan yang digunakan tergantung pada komposisi kimia (kadar karbon).
Temperatur pengerasan untuk baja karbon hipoeutektoid
adalah sekitar 20 - 500C di atas garis A3, dan untuk baja karbon hipereutektoid adalah
sekitar 30 - 500C
diatas garis A13
Jika
suatu baja misalnya mengandung misalnya 0.5 % karbon (berstruktur ferit dan
perlit) dipanaskan sampai temperatur di bawah A1, maka pemanasan tersebut tidak akan
mengubah struktur awal dari baja tersebut. Pemanasan sampai temperatur diatas A1 tetapi masih dibawah temperatur A3 akan mengubah perlit menjadi austenit tanpa
terjadi perubahan apa-apa terhadap feritnya.
Quenching dari temperatur
ini akan menghasilkan baja yang semi keras karena austenitnya bertransformasi
ke martensit sedangkan feritnya tidak berubah. Keberadaan ferit dilingkungan
martensit yang getas tidak berpengaruh pada kenaikan ketangguhan. Jika suatu
baja dipanaskan sedikit diatas A3 dan
ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu agar dijamin
proses difusi yang homogen, maka struktur baja akan bertransformasi menjadi
austenit dengan ukuran butir yang relatif kecil.
Quenching dari temperatur
austenisasi akan menghasilkan martensit dengan harga kekerasan yang maksimum.
Memanaskan sampai ke temperatur E (relatif lebih tinggi diatas A3 ) cenderung meningkatkan ukuran butir
austenit. Quenching dari temperatur
seperti itu akan menghasilkan struktur martensit, tetapi sifatnya, bahkan setelah
ditemper sekalipun, akan memiliki harga impak yang rendah. Disamping itu
mungkin juga timbul retak pada saat diquench.
Pada
baja hipereutektoid dipanaskan pada
daerah austenit dan sementit, kemudian didinginkan dengan cepat agar diperoleh
martensit yang halus dan karbida-karbida yang tidak larut. Struktur hasil quench memiliki kekerasan yang sangat
tinggi dibandingkan dengan martensit. Jika karbida yang larut dalam austenit
terlalu sedikit, kekerasan hasil quench
akan tinggi. Jumlah karbida yang dapat larut dalam austenit sebanding dengan
temperatur austenisasinya. Jumlah karbida yang larut akan meningkat jika
temperatur austenisasinya dinaikkan. Jika karbida yang terlarut terlalu besar,
akan terjadi peningkatan ukuran butir disertai dengan turunnya kekerasan dan
ketangguhan
.2. Tahapan Pekerjaan Sebelum Proses Quenching
Benda
kerja yang akan dikeraskan terlebih dahulu dibersihkan dari terak, oli dan
sebagainya, hal ini dilakukan agar kekerasan yang diinginkan dapat dicapai.
Benda kerja yang memiliki lubang, jika perlu, terutama baja-baja perkakas,
harus ditutup dengan tanah liat, asbes atau baja insert sehingga tidak terjadi
pengerasan pada lubang tersebut. Hal ini tidak perlu seandainya ukuran lubang
cukup besar serta cara quench yang tertentu sehingga permukaan di dalam lubang
dapat dikeraskan dengan baik.
Baja
karbon dan baja paduan rendah dapat dipanaskan langsung sampai ke temperatur
pemanasannya tanpa memerlukan adanya pemanasan awal (pre-heat). sedangkan benda kerja yang besar dan bentuknya rumit
dapat dilakukan pemanasan awal untuk mencegah distorsi dan retak akibat tidak
homogennya temperatur di bagian tengah dengan dibagian permukaan. Pemanasan
awal biasanya dilakukan terhadap baja-baja perkakas karena konduktifitas panas
baja tersebut sangat rendah.
Pemanasan
awal biasanya 500 - 6000C, pada temperatur ini tegangan dalam yang
berkembang akibat tidak homogennya pemanasan dipermukaan dan di bagian tengah
sedikit-demi sedikit dapat dihilangkan. Setelah itu, pemanasan diatas
temperatur tersebut dapat dilakukan dengan laju pemanasan yang relatif cepat.
Pemanasan awal juga diperlukan jika temperatur pengerasannya tinggi, karena
manahan benda kerja pada temperatur tinggi dalam waktu singkat dapat
memperkecil terbentuknya terak dan dekarburasi. Benda kerja yang rumit
bentuknya atau baja-baja paduan tinggi harus diberi pemanasan awal dua kali
sebelum mencapai temperatur austenisasinya.
Penting
untuk diketahui bahwa benda kerja yang akan dikeraskan harus memiliki struktur
yang homogen dan halus. Jika benda kerja yang akan dikeraskan memiliki struktur
yang kasar setelah dikeraskan akan diperoleh kekerasan yang tidak homogen,
distorsi dan retak pada saat dipanaskan maupun pada saat diquench. Agar dijamin hasil dengan kekerasan yang tinggi dan seragam
dari baja-baja perkakas setelah pengerasan, maka baja-baja sebelum dikeraskan
harus memiliki struktur yang lamelar dan bukan globular. Hal ini dikarenakan
proses transformasi dari suatu struktur yang globular ke austenit relatif lebih
lambat dibanding dari perlit ke austenit. Dengan demikian baja dengan struktur
globular juga tidak akan memiliki kedalaman pengerasan yang tinggi.
3. Lama Pemanasan
Waktu
yang diperlukan untuk mencapai temperatur pengerasan tergantung pada beberapa
faktor seperti jenis tungku dan jenis elemen pemanasnya. Lama pemanasan pada
temperatur pengerasannya tergantung jenis baja dan temperatur pemanasan yang
dipilih dari rentang temperatur yang telah ditentukan untuk jenis baja yang
bersangkutan. Dalam banyak hal, umumnya dipilih temperatur pengerasan yang
tertinggi dari rentang temperatur pengerasan yang sudah ditentukan. Tetapi jika
penampang-penampang dari benda kerja yang diproses menunjukkan adanya perbedaan
yang besar, umumnya dipilih temperatur pengerasan yang rendah.
Pada
kasus yang pertama, lama pemanasannya lebih lama dibandingkan dengan lama
pemanasan pada kasus kedua. Untuk mencegah timbulnya pertumbuhan butir,
baja-baja yang tidak dipadu dan baja
paduan rendah, lama pemanasannya harus diupayakan lebih singkat dibanding
baja-baja paduan tinggi seperti baja hot
worked yang memerlukan waktu yang cukup untuk melarutkan karbida-karbida
yang merupakan faktor yang penting dalam mencapai kekerasan yang diinginkan.
Diagram yang tampak pada Gambar 8.6, dapat dijadikan pegangan untuk menentukan
lama pemanasan untuk baja-baja konstruksi dan perkakas setelah temperatur
pengerasannya dicapai.
4. Media Quenching
Tujuan utama dari proses pengerasan adalah
agar diperoleh struktur martensit yang keras, sekurang-kurangnya di permukaan
baja. Hal ini hanya dapat dicapai jika menggunakan medium quenching yang efektif sehingga baja didinginkan pada suatu laju
yang dapat mencegah terbentuknya struktur yang lebih lunak seperti perlit atau
bainit. Tetapi berhubung sebagian besar benda kerja sudah berada dalam tahap
akhir dari proses , maka kualitas medium quenching yang digunakan harus dapat
menjamin agar tidak timbul distorsi pada benda kerja setelah proses quench
selesai dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara menggunakan media
quenching yang sesuai tergantung pada jenis baja yang diproses, tebal penampang
dan besarnya distorsi yang diijinkan. Untuk baja karbon, medium quenching yang
digunakan adalah air, sedangkan untuk baja paduan medium yang disarankan adalah
oli.
Quench ke
dalam oli saat ini paling banyak digunakan, manfaat dari pendinginannya oli
adalah bahwa laju pendinginannya pada tahap pembentukan lapisan uap dapat
dikontrol sehingga dihasilkan karakteristik quenching
yang homogen. Laju pendinginan untuk baja yang diquench di oli relatif rendah karena tingginya titik didih dari oli.
Memanaskan oli sampai sekitar 40 - 1000C sebelum proses quenching akan meningkatkan laju
pendinginan
Dengan ditingkatkannya temperatur oli
akan menjadikan oli lebih encer sehingga meningkatkan kapasitas pendinginannya.
Faktor-faktor yang mengatur penyerapan panas dari benda kerja adalah panas
spesifik, konduktivitas termal, panas laten penguapan dan viskositas oli yang
digunakan. Umumnya makin rendah viskositas makin cepat laju pendinginannya. Temperatur
maksimum dari oli yang digunakan harus 250C dibawah titik didih oli yang
bersangkutan (Suratman,1994).
.5. Pengaruh Unsur Paduan Pada Pengerasan
Sifat
mekanik yang diperoleh dari proses perlakuan panas terutama tergantung pada
komposisi kimia. Baja merupakan kombinasi Fe dan C. Disamping itu, terdapat
juga beberapa unsur yang lain seperti Mn, P, S dan Si yang senantiasa ada
meskipun sedikit, unsur-unsur ini bukan unsur pembentuk karbida . Penambahan
unsur-unsur paduan seperti Cr, Mo, V, W, T dapat menolong untuk mencapai
sifat-sifat yang diinginkan, unsur-unsur ini merupakan unsur pembentuk karbida
yang kuat.
.6. Pembentukan Austenit Sisa
Austenit
akan bertransformasi menjadi martensit jika didinginkan ke temperatur kamar
dengan laju pendinginan yang tinggi, sementara itu masih ada sebagian yang
tidak turut bertransformasi yang disebut sebagai austenit sisa. Dimana sejumlah
austenit sisa yang terbentuk akan semakin meningkat dengan meningkatnya kadar
karbon
Kadar
karbon yang tinggi akan menurunkan garis Ms, sehingga jumlah austenit sisanya
akan semakin banyak. Selain itu juga pengaruh temperatur pengerasan juga akan
menurunkan temperatur Ms (martensit start), sehingga jumlah austenit sisa akan
semakin banyak dengan naiknya suhu austenisasi Tempering
Proses memanaskan kembali baja yang
telah dikeraskan disebut proses temper. Dengan proses ini, duktilitas
dapat ditingkatkan namun kekerasan dan kekuatannya akan menurun. Pada sebagian
besar baja struktur, proses temper dimaksudkan untuk memperoleh kombinasi
antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Dengan demikian,
proses temper setelah proses pengerasan akan menjadikan baja lebih bermanfaat
karena adanya struktur yang lebih stabil.
.1. Perubahan Struktur Selama Proses Temperatur
Proses
temper terdiri dari memanaskan baja sampai dengan temperatur di bawah A1 , dan menahannya pada temperatur tersebut
untuk jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan di udara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada saat temperatur dinaikkan, baja yang dikeraskan akan
mengalami 4 tahapan yaitu (lihat Gambar 8.10):
1.
Pada temperatur 80 dan 2000C,
suatu produk transisi yang kaya akan karbon yang dikenal sebagai karbida,
berpresipitasi dari martensit tetragonal sehingga menurunkan tetragonalitas
martensit atau bahkan mengubah martensit tetragonal menjadi ferit kubik.
Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap pertama. Pada saat ini, akibat
keluarnya karbon, volume martensit berkonstraksi. Karbida yang terbentuk pada
periode ini disebut sebagai karbida epsilon.
2. Pada
temperatur antara 200 dan 3000C, austenit sisa mengurai menjadi suatu
produk seperti bainit. Penampilannya
mirip martensit temper. Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap kedua.
Pada tahap ini volume baja meningkat.
3. Pada temperatur antara 300 dan 4000C
terjadi pembentukan dan pertumbuhan sementit dari karbida yang berpresipitasi
pada tahap pertama dan kedua. Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap
ketiga. Perioda ini ditandai dengan adanya penurunan volume dan melampaui efek
yang ditimbulkan dari penguraian austenit pada tahap kedua.
4. Pada
temperatur antara 400 dan 7000C pertumbuhan terus berlangsung dan
disertai dengan proses sperodisasi dari sementit. Pada temperatur yang lebih
tinggi lagi, terjadi pembentukan karbida kompleks pada baja-baja yang
mengandung unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat. Perioda ini disebut sebagai proses
temper tahap keempat.
Perlu diketahui bahwa rentang
temperatur yang tertera pada setiap tahap proses temper, adalah spesifik. Dalam
praktek, rentang temperatur tersebut bervariasi tergantung pada laju pemanasan,
lama penemperan, jenis dan sensitivitas pengukuran yang digunakan. Disamping
itu juga tergantung pada komposisi kimia baja yang diproses.
3. Pengaruh Unsur Paduan Pada Proses Temper
Jika baja dipadu, interval diantara
tahapan proses temper akan bergeser kearah temperatur yang lebih tinggi, dan
itu berarti martensit menjadi lebih tahan terhadap proses penemperan.
Unsur-unsur pembentuk karbida, khususnya : Cr, Mo, W, Ti dan V dapat menunda
penurunan kekerasan dan kekuatan baja meskipun temperatur tempernya dinaikkan.
Dengan jenis dan jumlah yang tertentu dari unsur-unsur tersebut diatas,
dimungkinkan bahwa penurunan kekerasan dapat terjadi pada temperatur antara 400
dan 6000C,
dan dalam beberapa hal, dapat juga terjadi peningkatan kekerasan. Gambar 8-8
menggambarkan fenomena di atas.
Pengaruh unsur paduan terhadap
penurunan kekerasan diterangkan dengan presipitasi karbon dari martensit pada
temperatur temper yang lebih tinggi. Dilain pihak, peningkatan kekerasan pada
temperatur temper yang lebih tinggi (secondary hardening) pada baja-baja yang
mengandung W, Mo dan V disebabkan oleh adanya transformasi austenit sisa
menjadi martensit.
Pada
baja yang mengandung Cr yang tinggi, austenit sisa bertransformasi menjadi
martensit pada saat didinginkan dari temperatur temper sekitar 5000C.
Peningkatan kekerasan sebagai akibat dari adanya transformasi austenit sisa
menjadi martensit merupakan hal yang umum terjadi pada baja-baja paduan tinggi,
namun sangat jarang terjadi pada baja-baja karbon dan baja paduan rendah karena
jumlah austenit sisanya relatif sedikit. Sedangkan pada baja paduan tinggi jumlah
austenit sisanya mencapai lebih dari 5 - 30% (Suratman,1994).
.4 Perubahan Sifat Mekanik
Tempering dilaksanakan
dengan cara mengkombinasikan waktu dan temperatur. Proses temper tidak cukup
hanya dengan memanaskan baja yang dikeraskan sampai pada temperatur tertentu
saja. Benda kerja harus ditahan pada temperatur temper untuk jangka waktu
tertentu. Proses temper dikaitkan dengan proses difusi, karena itu siklus
penemperan terdiri dari memanaskan benda kerja sampai dengan temperatur dibawah
A1 dan menahannya pada temperatur tersebut untuk
jangka waktu tertentu sehingga perubahan sifat yang diinginkan dapat dicapai.
Jika temperatur temper yang digunakan relatif rendah maka proses difusinya akan
berlangsung lambat. Baja karbon, baja paduan medium dan baja karbon
tinggi, pada saat dipanaskan sekitar 2000C
kekerasannya akan menurun 1-3 HRC akibat adanya penguraian martensit tetragonal
menjadi martensit lain (martensit temper) dan karbida epsilon.
Peningkatan
lebih lanjut temperatur tempering
akan menurunkan kekerasan, kekuatan tarik dan batas luluhnya sedangkan elongasi
dan pengecilan penampangnya meningkat. Gambar 8-12 menggambarkan perubahan
sifat mekanik baja yang dikeraskan dikaitkan dengan proses penemperan. Umumnya
makin tinggi temperatur temper, makin besar penurunan kekerasan dan kekuatannya
dan makin besar pula peningkatan keuletan dan ketangguhannya. Tempering pada
temperatur rendah 150-2300C (Amstead B.H.) bertujuan meningkatkan
kekenyalan / keuletan tanpa mengurangi kekerasan. Tempering pada temperatur
tinggi 300-6750C meningkatkan kekenyalan / keuletan dan menurunkan
kekerasan.
.5. Austempering
Austempering
dapat diterapkan untuk beberapa kelas baja kekuatan tinggi yang harus memiliki
ketangguhan dan keuletan tertentu.
Komponen yang mengalami proses ini akan memiliki ketangguhan yang lebih
tinggi, kekuatan impaknya menjadi lebih baik, batas lelahnya dan keuletannya
meningkat dibanding dengan kekerasan yang sama hasil dari proses quench
konvensional.
Austempering
dilakukan dengan cara mengquench baja dari temperatur austenisasinya ke dalam
garam cair yang temperaturnya sedikit di atas temperatur Ms nya. Lama penahan
di dalam cairan garam adalah sehingga seluruh austenit bertransformasi menjadi
bainit. Setelah itu baja didinginkan di udara sampai ke temperatur kamar
seperti terlihat pada gambar 8.13 dengan waktu penahan bervariasi 5 sampai
dengan 30 menit atau 1 jam pada temperatur austempering 250 – 270 oC.
tetapi temperatur perlakuan dan lama penahan yang tepat harus ditentukan dari
diagram transformasi yang sesuai dengan baja yang akan di austempering.
Kekerasan bainit yang diperoleh dari transformasi pada suatu kondisi
tertentu secara kasar identik dengan kekerasan martensit yang ditemper pada
temperatur yang sama. Kekerasan bainit dipengaruhi oleh komposisi kimia baja
dan oleh temperatur cairan garam dengan demikian proses austemper dapat di atur
dengan cara mengatur temperatur austemper.
Austempering
dilaksanakan dalam tungku garam agar pengontrolan temperaturnya dapat dilakukan
dengan cermat sehingga kekerasan yang akan dihasilkannya memiliki tingkat
kehomogenan yang tinggi. Jika temperatur tungku garam makin rendah, kapasitas
pendinginannya akan semakin tinggi. Penambahan 1- 2% air dapat meningkatkan
kapasitas pendinginan dari cairan garam pada temperatur 4000C dan
kira – kira 4 kali lebih besar dari pada air garam yang digunakan 45 – 55%
Natrium Nitrat dan 45 – 55 % Kalium Nitrat.
Garam – garam ini mudah larut dalam air sehingga mudah sekali untuk
membersihkan benda kerja. Garam ini secara efektif digunakan pada rentang
temperatur 200 – 500 oC.
Delay
quenching adalah istilah yang diterapkan pada proses quenching dimana komponen
setelah dikeluarkan dari tungku pada temperatur pengerasannya dibiarkan
beberapa saat sebelum di quench. Ini dimaksudkan agar proses quench
terjadi pada temperatur lebih rendah sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya
distorsi. Cara ini lazim diterapkan pada HSS, baja hot worked dan baja – baja
yang dikeraskan permukaannya.
Tujuan utama dari proses pengerasan
adalah agar diperoleh struktur martensit yang keras, sekurang – kurangnya di
permukaan baja. Hal ini dapat dicapai jika menggunakan media quenching yang efektif
sehingga baja didinginkan pada suatu laju yang dapat mencegah terbentuknya
struktur yang lebih lunak seperti perlit atau bainit.
Pemilihan medium quenching untuk
mengeraskan baja tergantung pada laju pendinginan yang diinginkan agar dicapai
kekerasan tertentu. Fluida
yang ideal untuk mengquench baja agar diperoleh struktur martensit harus
bersifat:
1. Mengambil panas dengan cepat di
daerah temperatur yang tinggi agar pembentukan perlit dapat dicegah.
2. Mendinginkan benda kerja relatif
lambat di daerah temperatur yang rendah; misalnya di bawah temperatur 3500C
agar distorsi atau retak dapat dicegah.
Terjadinya retak panas atau distorsi
selama proses quench dapat disebabkan
oleh kenyataan bagian luar benda kerja lebih dingin dibanding bagian dalam, dan
bagian permukaan adalah yang pertama mencapai kondisi quench sedangkan bagian di sebelah dalamnya mendingin dengan laju
pendinginan yang relatif lebih lambat. Adanya perubahan volume di bagian tengah
sebagai hasil proses pendinginan akan menimbulkan tegangan termal atau retak –
retak di luar bagian benda kerja. Karena
itu benda kerja disarankan tidak boleh terlalu cepat melampaui daerah
pembentukan martensit dan agar sedikit diluangkan waktu untuk menghilangkan tegangan.
Media quenching dengan garam disebut
dengan Salt Bath. Campuran Nitrat
dan Nitrit terutama digunakan untuk mengquench benda kerja pada temperatur yang
relatif rendah. Garam – garam tersebut dapat digunakan pada rentang temperatur
150 – 5000C. Pada temperatur di atas 5000C dapat menyebabkan
oksidasi yang kuat dan menyebabkan pitting pada permukaan baja, disamping dapat
menimbulkan ledakan. Karena itu perlu
diperha-tikan agar temperatur kerja dari garam tidak dilampaui. Seperti yang
diperlihatkan pada tabel garam – garam untuk proses quench di bawah ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar