Proses pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu
pengelasan lebur dan pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk
melebur permukaan yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam
pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi. Pengelasan padat proses
penyambungannya menggunakan panas dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi
peleburan pada logam dasar dan tanpa penambahan logam pengisi.
Pengelasan lebur dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
-
pengelasan busur (arc welding, AW);
-
pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW);
-
pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW);
-
proses pengelasan lebur yang lain.
Pengelasan Busur
Pengelasan
busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan logam dicapai dengan menggunakan
panas dari busur listrik, secara umum ditunjukkan dalam gambar 13.1.
Busur
listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam
rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut
mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan
busur, elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan
dalam jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas
dengan suhu 10.000 o F (5500o C) atau lebih, cukup panas
untuk melebur logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam
pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses
pengelasan busur, logam pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah
volume dan kekuatan sambungan las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang
sambungan, genangan las-an cair membeku dalam jaluran yang berombak.
Pergerakan
elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau
dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik,
pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual,
kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas.
Produktivitas
dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time), yaitu
Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja
Untuk
pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah
sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik.
Teknologi
Pengelasan Busur
Sebelum menjelaskan proses pengelasan busur secara
individual, terlebih dulu akan dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai
proses ini, seperti :
-
elektrode,
-
pelindung busur (arc shielding), dan
-
sumber daya dalam pengelasan busur.
Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai :
-
elektrode terumpan (consumable electrodes), dan
-
elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes).
Elektrode terumpan; elektrode berbentuk batang
atau kawat yang diumpankan sebagai logam pengisi dalam pengelasan busur.
Panjang batang las pada umumnya sekitar 9 sampai 18 in. (225 sampai 450 mm)
dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau kurang. Kelemahan dari elektrode bentuk
batang, selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik, sehingga
memperkecil waktu busur dalam pengelasan. Elektrode bentuk kawat memiliki
kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan secara kontinu karena kawat
memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan elektrode bentuk batang.
Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat kedua-duanya diumpankan ke
busur listrik selama proses dan ditambahkan ke sambungan las-an sebagai logam
pengisi.
Elektrode tak terumpan; dibuat dari bahan
tungsten atau kadang-kadang dari bahan grafit, yang dapat tahan terhadap
peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak diumpankan, tetapi secara
bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip dengan keausan bertahap
pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk proses pengelasan busur
yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi harus diumpankan secara
terpisah ke genangan las-an.
Pelindung busur; pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam
yang disambung sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin
dalam udara bebas. Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an.
Untuk melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut,
digunakan gas pelindung dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur,
dan genangan las-an cair, sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan
udara luar sampai logam las-an tersebut menjadi padat.
Gas pelindung, digunakan gas mulia
seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous yang dilakukan dengan
pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan karbon dioksida, biasanya
dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi las-an dari udara luar
atau untuk mengendalikan bentuk las-an.
Fluks, digunakan untuk
mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama proses pengelasan,
fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan melindungi logam
las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan harus dilepaskan
dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk melakukan beberapa
fungsi, seperti :
-
memberikan perlindungan pengelasan terhadap
pengaruh udara luar,
-
untuk menstabilkan busur, dan
-
untuk mengurangi terjadinya percikan.
Metode
pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat
dilakukan dengan cara :
-
menuangkan butiran fluks pada operasi
pengelasan,
-
menggunakan elektrode batang yang dibungkus
dengan fluks dan fluks tersebut akan melebur selama pengelasan untuk menutup
operasi, dan
-
menggunakan fluks yang ditempatkan dalam
inti elektrode tabular dan fluks dilepaskan pada saat elektrode diumpankan.
Sumber daya dalam pengelasan busur,
dapat berupa :
-
arus searah (direct current, DC), atau
-
arus
bolak-balik (alternating current, AC).
Mesin las yang
menggunakan arus bolak-balik lebih murah harga dan biaya pengoperasiannya,
tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya untuk pengelasan logam ferrous. Mesin las yang menggunakan arus searah dapat
dipakai untuk semua jenis logam dengan hasil yang baik dan umumnya busur
listrik dapat dikendalikan dengan lebih baik pula.
Dalam
semua proses pengelasan, daya yang digunakan untuk menjalankan pengoperasian
dihasilkan dari arus listrik I yang
melewati busur dan tegangan E. Daya
ini dikonversikan menjadi panas, tetapi tidak semua panas ditransfer ke
permukaan benda kerja, karena adanya kebocoran daya dalam penghantar, adanya radiasi,
percikan nyala api, dan sebagainya sehingga mengurangi jumlah panas yang dapat
dimanfaatkan. Efisiensi transformasi panas (heat tranfer efficiency) f1 berbeda untuk setiap
proses pengelasan busur. Pengelasan dengan menggunakan elektrode terumpan memiliki
efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan elektrode tak terumpan, karena
sebagian besar panas yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan
benda kerja. Sedang pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode
tak terumpan memiliki efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting
efficiency)f2 selanjutnya
mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang dihasilkan
dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan :
Laju
volume pengelasan logam (volume rate of
metal welded, MVR), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Contoh soal :
Pengelasan
busur tungsten gas dengan efisiensi transformasi panas f1 = 0,7
dioperasikan pada arus I = 300
A dan tegangan E = 20 V. Efisiensi
lebur f2 = 0,5 dan energi
peleburan logam Um = 150 Btu/in.3.
Tentukan : (a) Daya
dalam pengoperasian, P;
(b) Laju pembentukan panas, HRw;
(c) Laju volume pengelasan logam, MVR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar