Sungguh banyak dari diri kita yang tidak sadar bahwa disaat kita mengucapkan “Bismillahirahmanirahiim”, sebenarnya saat itu kita tengah berbicara dengan Allah dan memposisikan diri kita sebagai utusan Allah untuk melakukan sesuatu: “Ya Allah, saya bersedia melakukan ini dan itu, atas nama-Mu ya Allah, Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Basmalah adalah kata untuk ucapan Bismillah. Mangucapkan ayat Bismillahir-Rahmaanir-Rahiim, tidaklah sekedar mengucapkan kalimat “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” Mengucapkan Basmalah berarti kita meng-ikrarkan diri “saya berbuat, saya bertindak atau bekerja adalah atas nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi dalam kita bertidak melakukan sesuatu itu kita memposisikan diri kita sebagai utusan Allah. Kita menegaskan bahwa apa yang kita lakukan itu semata-mata hanya karena ada mandat dari Allah kepada kita untuk melakukan sesuatu itu. Kita diutus-Nya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri atau bagi keluarga, akan tetapi juga untuk masyarakat yang lebih luas lagi. Kalau posisi kesadaran kita tepat dan benar pada saat membaca basmalah, sungguh kita tidak akan berani untuk melakukan sesuatu itu dengan sekedarnya saja Pasti kita akan melakukan sesuatu itu dengan sungguh-sungguh sepenuh hati, jujur dan amanah.. Kita tidak akan berani untuk mecederai kepercayaan Dzat yang kita wakili itu, dengan melakukan hal-hal yang tidak senonoh, misalnya. Alangkah malangnya kita tatkala kita mengaku melakukan apapun juga, dan itu atas nama Allah pula, tapi kita ternyata melakukannya atas nama pikiran kita, atas nama ego kita, atas nama nafsu kita.
Dalam sebuah hadis dikatakan, “Setiap perbuatan yang tidak dimulai dengan basmalah bernilai cacat.” Cacatnya karena kita melupakan Tuhan. Kita lupa bahwa semua kekuatan untuk bekerja atau beraktifitas itu merupakan karunia Tuhan. Kemampuan yang ada pada diri kita adalah merupakan karunia Tuhan. Manusia memang diberi kehendak oleh Tuhan, tetapi tanpa adanya karunia Tuhan maka kehendak tinggallah kehendak, keinginan tinggal keinginan, yang tidak akan dapat terwujud jika tidak ada karunia dari Tuhan.
Asma Allah (Nama-Nama Allah)
Kata “asma” berasal dari kata “ism” yang berarti tanda. Asma atau nama adalah sebuah tanda yang berupa kata, yang dengan kata tersebut sesuatu dapat diketahui. Dengan nama maka sesuatu bisa dibedakan dengan sesuatu lainnya. Bayangkan jika suatu benda tidak bernama, tentu kita akan kesulitan untuk mengenalnya.
Tuhan yang menciptakan seluruh alam inipun mempunyai nama. Bukan hanya satu nama tetapi banyak nama-nama yang dikenal sebagai “Asmaul-Husna” yang jumlahnya 99. Artinya nama-nama yang indah, nama-nama yang baik, nama yang sesuai dengan sifat dari yang mempunyai nama tersebut. Karena ada sesuatu nama yang tidak sesuai dengan sifat dari pemilik nama tersebut, sebut saja misalnya seseorang yang diberi nama Arifin, yang artinya pintar, padahal kenyataannya dia adalah seorang yang bodoh. Seorang yang diberi gelar Sri Maharaja padahal yang sebenarnya hanyalah orang biasa saja.
Sesungguhnya Allah mempunyai 99 Nama, itulah Asmaul Husna. Kita diperintahkan memohon kepada-Nya dengan menyebut nama-nama baik-Nya (QS. Al-A’raf 7:180)
Kita diperintahkan untuk meniru akhlak Allah. Orang yang menghayati Asmaul Husna akan berperilaku dengan benar. Menghayati nama-nama indah Allah adalah mengamalkan kebajikan-kebajikan seperti yang dimaksud dalam nama-nama tersebut.
Jika dikatakan Allah itu Al-Mumit, Yang Maha Mematikan, maka orang yang menghayatinya tidak lantas mematikan orang lain. Bukan begitu caranya meniru akhlak Allah. Karena dengan Rahman dan rahim-Nya Dia menghidupkan makhluk-Nya. Allah mematikan makhluk-Nya bukan untuk menzaliminya, tetapi untuk membebaskan makhluk-Nya dari penderitaan yang dialaminya. Coba bayangkan manusia yang makin lama makin tua, bila tidak diakhiri dengan kematian, ia akan menderita. Begitu pula jika manusia yang menderita penyaklit parah yang sukar untuk disembuhkan, bila tidak diakhiri dengan kematian maka orang tersebut tentu akan sangat menderita hidupnya.
Jadi, orang yang mengikuti sifat mematikan dari Allah harus berusaha mematikan penderitaan manusia lain. Dengan kata lain, manusia yang meneladani asma ul-husna, “Al-Mumit/mematikan” itu akan membebaskan orang lain dari penderitaannya.
Hikmah
Dengan mengucapkan kata basmalah “Bismillahir-rahmaanir-rahiim. (dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).” Kita sadar bahwa diri kita adalah merupakan manifestasi dari “Wakil Allah” atau Khalifatullah. Sehingga aktifitas apapun yang diawali dengan menyebut kata basmallah maka kita sadar telah bertindak atas nama Allah karena kita memposisikan diri mendapat mandat dari Allah.
Pola Pikir (Mindset) akan terus mengingat bahwa diri kita ini adalah wakil Allah di bumi dan Allah senantiasa mengawasi diri kita. Dengan demikian hal ini akan membuat diri kita berperilaku atau berbudi pekerti seperti budi pekerti Allah., tidak mungkin akan melakukan perbuatan yang melanggar perintah-Nya. Dan selanjutnya juga dengan kebiasaan membaca basmalah ini juga akan membentuk sikap mental yang kokoh dan percaya diri karena yakin bahwa Allah meridhai tindakan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar