SISTEM TENAGA
LISTRIK
Salah satu cara yang
paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui bentuk
energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumberdaya energi primer seperti bahan
bakar fosil (minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi dan nuklir
diubah menjadi energi listrik. Sumber daya energi digunakan untuk menggerakkan
turbin menjadi energi mekanis, kemudian turbin menggerakkan generator, dan
generator menghasilkan listrik. Pada prinsipnya apabila suatu penghantar
diputar memotong garis-garis gaya medan magnet yang diam maka pada penghantar
tersebut akan timbul Electro Motor Force (EMF) atau Gaya Gerak Listrik (GGL).
Energi mekanis dapat dibangkitkan dari bermacam-macam sumber daya energi.
Untuk mendapatkan energi listrik dari energi
primer dikenal 2 cara yaitu :
o Pembangkit
listrik yang konvensional, pembangkit untuk mendapatkan energi listrik dari
energi primer menggunakan media perantara (turbin air, turbin uap, turbin gas,
motor bakar).
o Pembangkit
listrik yang nonkonvensional, pembangkit untuk mendapatkan energi listrik dari
energi primer langsung tanpa menggunakan media perantara.
Berikut ini macam-macam metode
pembangkitan tenaga listrik:
Macam-macam
Pembangkit Listrik
1.
Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA )
2.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU )
3.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas ( PLTG )
4.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas & Uap (
PLTGU )
5.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD )
6.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTP )
7.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN )
1. Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA)
Salah satu pembangkit
yang murah dan populer di dunia adalah pembangkit bertenaga air. Di wilayah
yang bergunung-gunung dengan banyak sumber air, di Indonesia berarti wilayah
seperti Jawa, Sumatera, atau Sulawesi, pembangkit listrik sangat ideal.
Pembangkit listrik ini biasanya disatukan dengan proyek waduk yang digunakan
untuk pertanian dan penanggulangan banjir. Jangan bayangkan pembangkit listrik
ini menggunakan kincir model kuno, yang bentuknya seperti roda dengan air melaju
di atasnya. sebagian besar pembangkit listrik menggunakan turbin. Air
disalurkan ke bawah. Di sana sudah siap turbin jumlahnya bisa puluhan di satu
waduk yang menggerakkan generator.
1. Sungai
/ Kolam :Tempat penampungan air
2. Intake : Sebagai pintu masuk
air dari sungai
3. Katup
pengaman : Katup pengatur intake
4. Headrance
tunnel
5.
Surge tank :
Pengaman tekanan air yang tiba-tiba naik saat katup pengatur ditutup
6. Penstock
7. Main
stop valve
8.
Turbin :
Berfungsi mengubah energi potensial air menjadi gerak.
9. Generator : penghasil tenaga listrik
10. Main
transformer
11. Transmission
line : penyalur ke konsumen
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU )
Bahan
bakar berupa minyak, gas, batubara dibakar untuk memanaskan air yang ada
didalam boiler atau ketel sampai menghasilkan uap. Uap
yang terbentuk ditampung sampai mencapai suhu dan tekanan yang didinginkan
kemudian baru dialirkan untuk menggerakkan turbin uap. Turbin uap ini akan
menggerakkan sebuah generator yang akan menghasilkan tenaga listrik. Uap yang
meninggalkan turbin didinginkan dalam kondensor, kemudian air yang meninggalkan
kondensor dipompa kembali ke boiler.
Skema
pembangkit listrik tenaga uap dapat dilihat pada gambar berikut:
1. Circulating
water pump : untuk mencampur air
2. Desalination
evaporator
3. Destilate
pump
4. Make
up water tank
5. Denim
water tank
6. Condensor
: mengembunkan uap menjadi cair
7. Low
heater pressure
8. Deserator
: untuk mendapatkan tambahan air akibat kebocoran
dan juga
mengolah air agar memenuhi mutu air ketel
(NaCl, ClO2 & PH)
9. Boiler
feed pump
10. High
pressure heater
11. economizer
12. Steam
drum
13. Boiler
14. Super
heater
15. Steam
turbin
16. Burge
/ kapak : alat pengangkut bahan
bakar minyak
17. Pumping
house
18. Fuel
oil tank
19. Fuel
oil heater
20. Burner
21. Forced
draught fan : menghasilkan udara untuk pembakaran
22. Air
heater : pemanas udara
23. Smoke
stack : membuang sisa gas
24. Generator
25. Main
transformer
26. Switch
yard
27. Transmission
line
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas ( PLTG )
Sistem
PLTG menggunakan prinsip siklus Brayton yang dibagi atas siklus terbuka dan
siklus tertutup. Pada siklus terbuka, fluida kerja adalah udara atmosfer dan
pengeluaran panas di atmosfer karena gas buang dari turbin dibuang ke atmosfer.
Gambar berikut menunjukkan sistem dan siklus kerja Brayton:
- Burge / kapal : pengangkut bahan bakar
- Pumping house
- Fuel pump
- Electric diesel motor
- Air filter :
penyaring udara agar partikel debu tidak masuk kedalam kompresor
- Compressor :
menaikkantekanan udara untuk dibakar bersama bahan baker
- Combustion system : membakar bahan baker dan
udara serta menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi
- Gas turbin :
mengubah energi gas menjadi energi gerak yang memutar generator.
- Stac / cerobong asap : membuang sisa gas panas
dari turbin
- Generator
- Main Transformer
- Switch yard
- Transmission line
- Gas
4.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas &
Uap ( PLTGU )
PLTGU merupakan suatu
instalasi peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi panas (hasil
pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi listrik yang bermanfaat. Pada
dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU
memanfaatkan energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk
memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Genarator), sehingga menjadi uap
jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu
(baling-baling)Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga
Gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan
mengubahnya menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG
bisa berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar
menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya. Prinsip kerja PLTG
adalah sebagai berikut, mula-mula udara dimasukkan dalm kompresor dengan
melalui air filter / penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk ke
dalam kompresor tersebut. Pada kompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan
ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. Disini, penggunaan bahan
bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara atau tidak.
Turbin uap, Jika menggunakan BBG, gas bisa
langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi jika menggunakan BBM harus
dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru dicampur udara dan dibakar.
Pembakaran bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan
tinggi yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga
enthalpy gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator
untuk menghasilkan listrik.
Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang udara pada turbin.Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium, dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm).
Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang udara pada turbin.Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium, dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm).
- Burge / kapal :
pengangkut bahan bakar
- Pumping house
- Fuel pump
- Electric diesel motor
- Air filter : penyaring udara agar partikel debu
tidak masuk kedalam kompresor
- Compressor :
menaikkantekanan udara untuk dibakar bersama bahan baker
- Combustion system :
membakar bahan baker dan udara serta menghasilkan
gas bersuhu dan bertekanan tinggi
yang berenergi
- Gas turbin :
mengubah energi gas menjadi energi gerak yang memutar
generator.
- Selector valpe
- Stac / cerobong asap : membuang sisa gas panas
dari turbin
- Generator
- Heat recovery steam & gas ketel uap PLTU
yang memanfaatkan gas buang PLTG
- Stac / cerobong asap : membuang sisa gas panas
dari turbin
- Steam drum
- Gas turbin
- Generator
- Condensor
- Condensate pump
- Deserator
- Boiler feed pump
- Main transformer
- Main transformer
- Switch yard
- Transmission line
- Gas
5.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (
PLTD )
Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel cocok untuk lokasi dimana pengeluaran bahan bakar rendah,
persediaan air terbatas, minyak sangat murah dibandingkan dengan batubara dan
semua beban besarnya adalah seperti yang dapat ditangani oleh mesin pembangkit
dalam kapasitas kecil serta dapat berfungsi dalam waktu yang singkat.
Kegunaan dari suatu
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PTLD) adalah penyedia daya listrik yang dapat
berfungsi untuk :
§ Sebagai
unit cadangan yang dijalankan pada saat unit peinbangkit utama yang ada tidak
dapat mencukupi kebutuhan daya listrik.
§ Sebagai
unit pembangkit yang menyuplai listrik selama 24 jam atau sebagai pemikul beban
tetap. Sifat pengoperasian harus pada beban dasar yang berkapasitas tertinggi
dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi beban tetap. Hal ini memungkinkan juga
bila pasokan dapat mengalami gangguan.
§ Sebagai
unit beban puncak atau Peak Load. Bila PLTD dioperasikan pada beban puncak.
biasanya dalam waktu yang tidak lama. Karena dapat berfungsi untuk menaikkan
tegangan yang turun pada saat beban puncak.
§ Sebagai
unit cadangan yang dijalankan saat keadaan darurat , saat terjadi pemadaman
pada unit pembangkit utama. Bila terjadi yang mengakibatksn gangguan pada total
seluruh jaringan listrik maka PLTD dapat beroperasi tanpa bantuan tegangan dari
luar dan langsung mengisi tegangan serta menanggung beban listrik dengan cepat
serta membutuhkan perhatian yang sedikit.
Sedangkan keuntungan yang didapat daripada Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah :
- Investasi modal
relatif rendah.
- Waktu pembangunan
relatif singkat.
- Disain dan
instalasi yang sederhana.
- Bahan bakar yang
cukup murah.
- Dapat dijalankan
dan dihentikan dengan cepat.
Faktor-faktor yang merupakan pertimbangan
pilihan yang sesuai untuk PLTD antara lain :
- Jarak dari beban
dekat.
- Pondasi.
- Pengangkutan bahan
bakar.
- Kebisingan dan
kesulitan lingkungan.
- Persediaan areal
tanah dan air.
- Fuel
tank
- Fuel
oil separator
- Daily
tank
- Fuel
oil booster
- Diesel
motor
- Turbo
charge : menaikkan efficiency udara yang dicampur dengan bahan bakar dan
menaikkan tekanan serta temperaturnya
- Air intake filter
- Exhaust gas silencer
- Generator
- Main transformer
- transmission line
6.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (
PLTP )
Kekayaan alam Indonesia memang melimpah
ruah, dari mulai sumber daya alam sampai sumber daya mineral semua tersedia.
Sumber daya mineral yang melimpah di negara tercinta ini antara lain emas,
tembaga, platina, nikel, timah, batu bara, migas, dan panas bumi. Panas bumi (geothermal)
adalah salah satu kekayaan sumber daya mineral yang belum banyak dimanfaatkan.
Saat ini panas bumi (geothermal) mulai
menjadi perhatian dunia karena energi yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi
energi listrik, selain bebas polusi. Beberapa pembangkit listrik bertenaga
panas bumi telah terpasang di manca negara seperti di Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang.
Amerika saat ini bahkan sedang sibuk dengan riset besar mereka di bidang
geothermal dengan nama Enhanced Geothermal Systems (EGS). EGS
diprakarsai oleh US Department of Energy (DOE) dan bekerja sama dengan beberapa
universitas seperti MIT, Southern Methodist University, dan University
of Utah. Proyek ini merupakan program jangka panjang dimana pada 2050
geothermal meru-pakan sumber utama tenaga listrik Amerika Serikat. Program EGS
bertujuan untuk meningkatkan sumber daya geothermal, menciptakan teknologi
ter-baik dan ekonomis, memperpanjang life time sumur-sumur produksi,
ekspansi sumber daya, menekan harga listrik geothermal menjadi seekono-mis
mungkin, dan keunggulan lingkungan hidup.
Selain
sebagai pemanas, panas bumi ternyata dapat juga mengha-silkan tenaga listrik. Air
panas alam bila bercampur dengan udara karena terjadi fraktur atau retakan maka
selain air panas akan keluar juga uap panas (steam). Air panas dan
steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga
listrik. Agar panas bumi (geothermal) tersebut bisa dikonversi menjadi ener-gi
listrik tentu diperlukan pembangkit (power plants).
1. Sumur
uap : mengambil uap panas yang didapat dari kantung uap dari perut bumi
2. Stream
receiving header
3. Separator
4. Demister
5. Governing
valve
6. Turbin
: merubah energi uap menjadi energi gerakl memutar generator
7. Generator
8. Main
transformer
9. Transmission
line
10. Condensor
: mengubah uap menjadi cair
11. Sumur
reinjection
12. Tanah
Reservoir panas bumi
biasanya diklasifi-kasikan ke dalam dua golongan yaitu yang ber-suhu rendah (low
temperature) dengan suhu <1500 C dan yang bersuhu tinggi (high
tempera-ture) dengan suhu diatas 1500C. Yang paling baik untuk digunakan
sebagai sumber pem-bangkit tenaga listrik adalah yang masuk kate-gori high
temperature. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan
kategori low temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi
500 C.
Pembangkit (power plants)
untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang
relatif rendah yaitu berkisar antara 122 s/d 4820 F (50 s/d 2500 C). Bandingkan
dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar 10220 F atau
5500 C. Inilah salah satu keunggulan pembangkit listrik geothermal. Keuntungan
lainnya ialah bersih dan aman, bahkan geothermal adalah yang terbersih
dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara.
Pembangkit yang digunakan
untuk meng-konversi fluida geothermal menjadi tenaga listrik secara umum
mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal,
yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat
exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga
macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang
dapat mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam,
flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini pada
dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.
§ Dry
Steam Power Plants
Pembangkit tipe ini adalah
yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas (steam) lang-sung
diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan
listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali
ke dalam reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini
pertama kali digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih
berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih
digunakan seperti yang ada di Geysers, California Utara.
§ Flash
Steam Power Plants
Panas bumi yang berupa
fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750 C dapat digunakan
sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Fluida panas tersebut
dialirkan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga
terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang
menggerakkan turbin untuk meng-aktifkan generator yang kemudian menghasil-kan
listrik. Sisa panas yang tidak terpakai masuk kembali ke reservoir melalui injection
well. Contoh dari Flash Steam Power Plants adalah Cal-Energy Navy
I flash geothermal power plants di Coso Geothermal field,
California, USA.
§ Binary
Cycle Power Plants (BCPP)
BCPP menggunakan teknologi
yang berbeda dengan kedua teknologi sebelumnya yaitu dry steam dan flash
steam. Pada BCPP air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi
(production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi
digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat
exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap
berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu
dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan genera-tor untuk
menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat
exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid.
Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi
tidak ada yang dilepas ke atmosfer.
Keunggulan dari BCPP ialah
dapat dioperasikan pada suhu ren-dah yaitu 90-1750C. Contoh pene-rapan
teknologi tipe BCPP ini ada di Mammoth Pacific Binary Geo-thermal Power Plants
di Casa Di-ablo geothermal field, USA. Diper-kirakan
pembangkit listrik panas bumi BCPP akan semakin banyak digunakan dimasa yang
akan datang.
7. Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN )
Masyarakat
pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di
Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian dahsyatnya
akibat yang ditimbulkan oleh bom atom tersebut, sehingga pengaruhnya masih
dapat dirasakan sampai sekarang. Disamping sebagai senjata pamungkas yang
dahsyat, sejak lama orang telah demikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga
nuklir untuk kesejahteraan manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya
zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang, antara lan
bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi
dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan,
bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknologi nuklir untuk non energi.
Salah satu pemanfaatan teknik nuklir, yaitu dalam bidang energi saat ini sudah
berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman, dan tidak mencemari
lingkungan.
Pemanfaatan
teknik nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun
1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN
air ringan bertekanan tinggi (VVER=PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5
MWe. Di Amerika Serikat juga dioperasikan jenis reaktor yang sama, dengan daya
60 MWe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor
(GCR=reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 MWe. Tahun 1997 di seluruh dunia
baik di Negara maju maupun negara berkembang telah dioperasikan sebanyak 443
unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18% dari pasokan
tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 MWe
dengan 36 unit PLTN sedang dalam tahap konstruksi di 18 negara.
Dalam
pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui
pembakaran fosil (minyak, batubara, dan gas). Uap yang dihasilkan dialirkan ke
turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin
selanjutnya digunakan untuk menggerakkan generator, dan generator menghasilkan
tenaga listrik.
Pembangkit
listrik dengan bahan bakar batubara, minyak, dan gas mempunyai potensi yang
dapat menimbulkan dampak lingkungan dan masalah transportasi bahan bakar, dari
tempat penambangan menuju lokasi pembangkitan. Dampak lingkungan akibat
pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur
oksida), NOx (nitrogen oksida), dan debu yang mengandung logam berat.
Kekhawatiran terbesar dalam pembangkitan listrik dengan bahan bakar fosil
adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global. PLTN
beroperasi dengan prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas yang digunakan
untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi
dihasilkan dari reaksi
pembelahan inti bahan fisil
(Uranium)
di dalam suatu reaktor nuklir. Tenaga panas tersebut digunakan untuk
membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap (Steam Generator) dan
selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk menggerakkan turbin,
turbin menggerakkan generator, dan generator menghasilkan listrik. Sebagai
pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus
selama PLTN beroperasi. Proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap
atau debu yang mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan atau
melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan,
sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah
radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar
bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bias disimpan
di lokasi PLTN sebelum dilakukan penyimpanan limbah secara lestari.
Tentang Fisika Nuklir
Panas
yang dipergunakan untuk membangkitkan uap diproduksi sebagai hasil dari
pembelahan inti atom yang dapat diuraikan sebagai berikut:
• Apabila ada suatu neutron (dihasilkan dari
sumber neutron) tertangkap oleh satu inti atom uranium-235, inti atom ini akan
berbelah menjadi dua atau tiga bagian/fragmen. Sebagian dari energi yang semula
mengikat fragmen-fragmen tersebut masing-masing dalam bentuk energi kinetik,
sehingga mereka dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Oleh karena
fragmen-fragmen tersebut berada di dalam struktur kristal uranium, mereka tidak
dapat bergerak jauh dan gerakannya segera diperlambat.
• Dalam proses perlambatan ini energi kinetik
diubah menjadi panas (energi tyermal). Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa
energi termal yang dihasilkan dari reaksi pembelahan 1 Kg Uranium-235 murni
besarnya adalah 17 milyar kilo kalori, atau setara dengan energi termal yang dihasilkan
dari pembakaran 2,4 juta Kg (2400 ton) batubara.
• Selain fragmen-fragmen tersebut reaksi
pembelahan menghasilkan pula 2 atau 3 neutron yang dilepaskan dengan kecepatan
lebih besar dari 10.000 km per detik. Neutron-neutron ini disebut neutron cepat
yang mampu bergerak bebas tanpa dirintangi oleh atom-atom uranium atau
atom-atom kelongsongnya. Agar mudah ditangkap oleh inti atom uranium guna
menghasilkan reaksi pembelahan, kecepatan neutron ini harus diperlambat. Zat
yang dapat memperlambat kecepatan neutron disebut moderator
Air Sebagai Pemerlambat Neutron
(Moderator)
Seperti
telah disebutkan di atas, panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan, oleh
air yang bertekanan 160 atmosfir dan suhu 300 derajat Celsius secara terus
menerus dipompakan ke dalam reaktor melalui saluran pendingan reaktor. Air yang
bersirkulasi dalam saluran pendingin ini tidak hanya berfungsi sebagai
pendingin saja melainkan juga bertindak sebagai moderator, yaitu sebagai medium
yang dapat memperlambat neutron. Neutron cepat akan kehilangan sebagian
energinya selama menumbuk atom-atom hidrogen. Setelah kecepatan neutron turun
sampai 2000 m/detik atau sama dengan kecepatan molekul gas pada suhu 300 derajat
Celsius, barulah ia mampu membelah inti atom uranium-235. Neutron yang telah
diperlambat disebut neutron termal.
Reaksi Pembelahan Inti Berantai
Terkendali
Untuk
mendapatkan keluaran termal yang mantap, perlu dijamin agar banyaknya reaksi
pembelahan inti yang terjadi dalam teras reaktor dipertahankan pada tingkat
tetap, yaitu 2 atau 3 neutron yang dihasilkan dalam reaksi itu hanya satu yang
dapat meneruskan reaksi pembelahan. Neutron lainnya dapat lolos keluar reaktor,
atau diserap oleh bahan lainnya tanpa menimbulkan reaksi pembelahan atau
diserap oleh batang kendali. Batang kendali dibuat dari bahan-bahan yang
menyerap neutron, sehingga jumlah neutron yang menyebabkan reaksi pembelahan
dapat dikendalikan dengan mengatur keluar atau masuknya batang kendali ke dalam
teras reaktor. Sehubungan dengan urain di atas perlu digarisbawahi bahwa:
1. Reaksi pembelahan berantai hanya
dimungkinkan apabila ada moderator.
2. Kandungan Uranium-235 di dalam bahan bakar
nuklir maksimum adalah 3,2%. Kandungan ini kecil sekali dan terdistribusi
secara merata dalam isotop Uranium-238, sehingga tidak mungkin terjadi reaksi
pembelahan berantai secara tidak terkendali di dalamnya.
Radiasi dan Hasil Belahan
Fragmen-fragmen
yang diproduksi selama reaksi pembelahan inti disebut hasil belahan, yang
kebanyakan berupa atom-atom radioaktif seperti xenon-133, kripton-85, dan
iodium-131. Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain dengan memancarkan
radiasi alpha, beta, gamma atau neutron. Selama proses peluruhan, radiasi yang
dipancarkan dapat diserap oleh bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor,
sehingga energi yang dilepaskan berubah menjadi panas. Panas ini disebut panas
peluruhan yang akan terus diproduksi walaupun reaktor berhenti beroperasi. Oleh
karena itu reaktor dilengkapi dengan suatu sistem pembuangan panas peluruhan.
Selain hasil belahan, dalam reaktor dihasilkan pula bahan radioaktif lain
sebagai hasil aktivasi neutron. Bahan radioaktif ini terjadi karena bahan-bahan
lain yang berada di dalam reaktor (seperti kelongsong atau bahan struktur)
menangkap neutron sehingga berubah menjadi unsur lain yang bersifat radioaktif.
Radioaktif adalah sumber utama timbulnya bahaya dari suatu PLTN, oleh karena
itu semua system pengamanan PLTN ditujukan untuk mencegah atau menghalangi
terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan dengan aktivitas yang melalmpaui nilai
batas ambang yang diijinkan menurut peraturan yang berlaku.
Keselamatan Nuklir
Berbagai
usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat, para pekerja reaktor, dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan
untuk menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke
lingkungan baik selama operasi mapun jika terjadi kecelakaan. Tindakan proteksi
dilakukan untuk menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu
jika diinginkan dan tetap dapat dipertahankan dalam keadaan aman, yakni
memperoleh pendinginan yang cukup. Untuk ini panas peluruhan yang dihasilkan
harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan bahaya akibat pemanasan
lebih pada reaktor.
Keselamatan Terpasang
Keselamatan
terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu
dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang
tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan
berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan
menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal
beroperasi. Penghalang Ganda PLTN mempunyai sistem pengamanan yang ketat dam
berlapis-lapis, sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan
sangat kecil, Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi
pembelahan inti uranium sebagian besar (>99%) akan tetap tersimpan di dalam
matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai penghalang pertama, selama
beroperasi aupun jika terjadi kecelakaan, kelongsong bahan bakar akan berperan
sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar
kelongsong. Dalam hal zat radioaktif masih dapat keluar dari dalam kelongsong,
masih ada penghalang ketiga yaitu system pendingin. Lepas dari sistem
pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan dibuat dari baja
dengan tebal ± 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5 -
2 meter. Bila zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih
ada penghalang keenam, yaitu system pengungkung yang terdiri dari pelat baja
setebal ± 7 cm dan beton setebal 1,5 - 2 meter yang kedap udara. Jadi selama
operasi atau jika terjadi kecelakaan, zat radioaktif benar-benar tersimpan
dalam reaktor dan tidak dilepaskan ke lingkungan. Kalaupun masih ada zat
radioaktif yang terlepas jumlahnya sudah sangat diperkecil sehingga dampaknya
terhadap lingkungan tidak berarti.
Pertahanan Berlapis
Disain
keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in
depth). Pertahanan berlapis ini meliputi: lapisan keselamatan pertama, PLTN
dirancang dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat,
mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir; lapis keselamatan kedua, PLTN dilengkapi
dengan sistem pengamanan/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan
mengatasi akibatakibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur
PLTN; dan lapis keselamatan ketiga, PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan
tambahan, yang dapat diandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis,
atau kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun
demikian kecelakaan tersebut kemungkinan terjadinya sedemikian kecil sehingga
tidak akan pernah terjadi selama umur operasi PLTN.
Limbah Radioaktif
Selama
operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap
lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan
untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif,
karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reaktor.
Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam
sistem pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi dengan filter yang
berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil
(sekitar 2 milicurie/tahun), sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah
aktivitas rendah (70 - 80%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada
proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar
bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat
sedikit. Penanganan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang, dan tinggi pada
umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu:
•
Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan
•
Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam
transportasi dan penyimpanan 3/4
•
Menyimpan limbah yang telah diolah, ditempat yang terisolasi.
Pengolahan
limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian
dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di
dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton
bertulang atau dari baja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan
cara diperkecil volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya
abunya disementasi. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil
volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan dalam drum/beton dengan
semen. Sedang limbah padat yang tidak dapat dibakar atau tidak dapat
dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian
dipadatkan dengan semen atau gelas masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang
telah diolah disimpan secara sementara (10 - 50 tahun) di gudang penyimpanan
limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan
limbah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang
stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar