Begitu sedikitnya pengetahuan manusia tentang alam semesta, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia tentang alam akhirat. Sabda Nabi Muhammad saw : “Bila engkau masukkan jari telunjukmu kedalam samudra, lalu engkau angkat kembali jari tanganmu itu keudara, maka air yang menetes jatuh dari jarimu itulah hakekat tentang dunia, dan air laut yang tertinggal di samudra itulah hakekat tentang akhirat.”
Alam itu juga terdiri dari dua, pertama, yaitu alam nyata atau alam benda, yang dapat ditangkap dengan panca indera manusia, dan yang kedua adalah alam gaib, yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia, seperti alam akhirat, alam malakut, dan alam lainnya. Menurut kalangan sufi ada 7 lapis dunia atau kelipatan tujuh. Dari tujuh lapisan itu, hanya satu yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia, yaitu alam dunia. Dunia itu sendiri bermakna rendah atau dekat. Dengan demikian alam dunia adalah alam yang paling dekat atau paling rendah dari semua alam.
Agama menyuruh kita berpikir lebih mendalam tentang segala sesuatu dan persoalan, sehingga kita bukan hanya mengetahui kedudukan sesuatu dan persoalan, tetapi hendaklah kita dapat menyadari ZAT MUTLAK yang menjadi sebab dan musabab atau penggerak pertama dari seluruh persoalan itu. Amatilah alam semesta ini, siapakah yang menggerakkan bermilyar-milyar planet-planet, bintang-bintang dan satelit-satelit? Siapakah yang mengatur orbit benda angkasa sehingga satu sama lain tidak saling bertabrakan? Siapakah yang mengatur peredaran bumi, matahari dengan segala kelengkapannya seperti ozon, atmosfir, awan, hujan, dll dengan sedemikian sempurnanya sehingga manusia bisa hidup nyaman dibumi-Nya ini. Itulah Allah Rabbul ‘Alamin, Tuhan semesta alam.
Hikmah
Allah Tuhan semesta alam yang berada dibelakang semua kehidupan ini. Dia yang menciptakan alam semesta, mengaturnya dan memeliharanya terus menerus tiada henti dengan penuh kesempurnaan. Manusia hanyalah setitik atom bahkan lebih kecil lagi dari itu jika dibandingkan dengan seluruh ciptaan-Nya yang ada di alam semesta ini. Menyadari hal ini akan membentuk perilaku seorang hamba yang tawadhu, tidak sombong dan congkak, karena manusia sangatlah lemahnya dan sangat bodoh dengan pengetahuan yang secuil ini. Berpikir dan berupaya agar dirinya bermanfaat bagi orang lain, menebar kebaikan kepada seluruh makhluk ciptaan Allah, seperti tumbuhan, binatang, air, udara dan lain sebagainya. Karena Allah telah menyediakan alam bumi yang indah ini sebagai tempat tinggal yang sempurna untuk kehidupan makhluk-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar