Kopling, Penyalur Tenaga ke Transmisi


Kopling, Penyalur Tenaga ke Transmisi

SETIAP pengemudi kendaraan bermotor, baik itu roda empat maupun roda dua, bisa dipastikan mengenal istilah kopling. Peranti kopling sangat familiar karena pada kendaraan bertransmisi manual, pengemudi harus menginjak pedal kopling untuk memindahkan gigi transmisi. Selanjutnya melepas pedal kopling dan kendaraan pun akan bergerak maju atau mundur, tergantung pilihan gigi transmisinya.
Teknologi kopling diciptakan oleh orang Jerman, Karl Benz. Ia adalah salah satu pendiri perusahaan otomotif Mercedes-Benz. Kopling adalah pemutus dan penyambung arus tenaga dari mesin ke transmisi, dan selanjutnya dialirkan ke roda. Tenaga yang dikeluarkan mesin berasal dari perubahan energi bahan bakar menjadi energi mekanik, yaitu ledakan campuran bahan bakar udara di ruang bakar yang menggerakkan piston. Dari pergerakan piston inilah dihasilkan tenaga.
Kendaraan membutuhkan kopling karena selama mesin dihidupkan, dapur pacu ini akan terus bekerja tanpa henti. Sedangkan kendaraan tidak bisa selamanya bergerak. Pada kondisi tertentu kendaraan harus berhenti, misalnya saat lampu merah. Di sinilah kopling memegang peranan penting dalam memutus arus tenaga ke roda. Itu sebabnya pada mobil bertransmisi manual, untuk menghentikan kendaraan, selain menginjak rem juga menginjak pedal kopling.
Dengan adanya kopling, mobil bisa berhenti tanpa membuat mesin menjadi mati. Itu sebabnya begitu pedal kopling dilepas dan pedal gas diinjak, mobil pun bisa bergerak kembali. Adanya kopling memungkinkan penyaluran tenaga mesin sesuai kebutuhan, apakah itu cepat atau lambat. Bila tidak ada kopling, bisa dipastikan pengemudi akan kesulitan mengendalikan tenaga mesin yang besarnya bisa mencapai ratusan tenaga kuda.
Meski memiliki peranan yang cukup penting, tidak semua pengendara mengetahui sosok komponen kopling. Itu bisa dimengerti karena komponen ini terletak di bagian dalam kendaraan. Kopling berada antara mesin dan transmisi kendaraan.

Bentuk peranti kopling tidak terlalu besar dan terdiri dari beberapa komponen. Yang paling populer adalah pelat kopling (clutch plate) karena komponennya sering rusak akibat perilaku mengemudi yang tidak benar. Kemudian ada pressure plate (matahari), studs, throw-out bearings, clutch housing, release fork, dan bell housing. Pelat kopling adalah ujung tombak yang berhubungan dengan flywheel atau roda gila yang berada di bagian mesin.
Pada prinsipnya untuk mobil bertransmisi manual, kopling bekerja berdasarkan pijakan kaki pengendara. Ketika pedal kopling diinjak dalam-dalam, kabel atau piston hidrolik akan menekan fork pelepas. Selanjutnya menekan throw-out bearings dan mengaktifkan fungsi diapragm spring (pegas). Begitu komponen ini bekerja, serangkaian per pada diapragm akan menarik pressure plate (matahari) dari pelat kopling. Hubungan antara pelat kopling dan roda gila pun terputus. Arus tenaga antara mesin dan transmisi akan terputus. Ketika itu pengemudi bisa memindahkan gigi transmisi sesuai keperluan.
Lain lagi saat pedal kopling dilepas, pegas akan menekan pressure plate (matahari) ke pelat kopling. Selanjutnya meng­­hubungkan pelat kopling dengan roda gila di bagian mesin. Arus tenaga dari mesin pun mengalir melalui pelat kopling untuk diteruskan ke gigi-gigi transmisi.
Pelat kopling akan berputar pada kecepatan yang sama dengan roda gila. Ada empat komponen dalam pelat kopling yaitu, kanvas kopling (clutch facing), piringan kopling (disc spring), karet penekan (torsin rubber) dan gigi penghubung. Akibat pergesekan ini komponen kanvas kopling akan menjadi aus dan harus diganti. Namun begitu, selama perlakuan pada kopling benar, umur komponen kanvas kopling relatif panjang. Lain lagi bila perilaku pengemudi da­lam mengendarai kendaraan sering menekan setengah kopling.
Pada saat kopling ditekan setengah, tenaga dari mesin melalui roda gila yang diteruskan ke perseneling pun hanya setengah. Posisi kanvas ketika itu juga setengah menghubungkan. Kondisi inilah yang membuat terjadinya gesekan besar antara kanvas kopling dan roda gila dan matahari. Dampaknya adalah cepat tipisnya kanvas kopling.
Bila bagian kanvas kopling sudah aus, tenaga yang mengalir tidak sempurna lagi. Imbasnya tarikan mobil pun menjadi berkurang, padahal rpm mesin cukup tinggi. Teknologi kopling terus berkembang, sistem mekanik memakai per tekan diganti dengan teknologi hidrolik. Dengan teknologi ini kerja pengemudi dalam menekan pedal kopling jadi lebih ringan. Ini karena pergerakan peranti penghubung diganti dengan tekanan cairan hidrolik dari satu tabung khusus.
Secara umum saat ini ada tiga macam tipe teknologi kopling, yaitu wet clutch (kopling basah), dry clutch (kopling kering) dan slippery clutch (kopling licin). Sistem slippery clutch hanya dipakai pada sepeda motor balap. Kopling ini sengaja dirancang untuk menghilangkan efek engine braking saat pembalap mengurangi kecepatan memasuki tikungan. Sistemnya dibuat untuk menghilangkan hubungan tenaga dengan roda belakang atau slip, sehingga roda mudah dikendalikan.
Khusus sistem kopling kering umum digunakan pada kendaraan roda empat. Beban angkut yang berat membuat sistem kopling tanpa cairan lebih pas untuk mobil. Sedangkan sistem kopling basah biasa dipakai untuk kendaraan yang mengangkut beban ringan, seperti kendaraan roda dua yang dipakai umum. (ovi)***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar