Yang Menyebabkan Hujan Asam

Polutan yang berperan akan terjadinya hujan asam adalah zat SO2 dan NOx di udara. Sekitar 50% yang ada di dalam atmosfer adalah dari sumber alami, antara lain dari letusan gunung berapi dan kebakaran hutan yang alamiah. Sedangkan yang 50% lagi adalah antrofogenik, yaitu berasal dari aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan-bahan fosil (BBF) dan peleburan logam. Namun di daerah yang mempunyai banyak industri dan lalu lintas berat, SO­2 yang antrofogenik lebih tinggi.

Dari beberapa macam komponen pencemar udara, yang menyebabkan terjadinya hujan asam adalah sebagai berikut:

1. Nitrogen Oksida (NO2)

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 asalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NOx tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung.

Kadar NOxdi udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Keberadaan gas N0x di udara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik N02 sebagai berikut:

NO2 + sinar matahari NO+O

O+O2 O3 (ozon)

O3+NO NO2 + O2





2. Belerang Oksida

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi dengan benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan seperti, proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.

Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar 0,3-1 ppm gas dari pada SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas S02. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada di dalam udara dan kemudian membentuk gas S03 melalui reaksi berikut:

SO2+ O2(udara) 2S03

Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batu bara yang digunakan pada kegiatan industri, tranportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfide lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfide. Pada proses peleburan sulfide logam diubah menjadi oksida logam.

Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfide logam mudah dioksidasi menjadi oksida logam melalui reaksi sebagai berikut:
2 ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2
2 PbS + 3O2 2PbO + 2SO2

Dilihat dari sumbernya, Sox sebanyak 2.4% berasal dari pembakaran bahan bakar minyak untuk transportasi, sebanyak 73.5% berasal dari pembakaran stationer bahan bakar fosil di pusat pembangkit listrik dan sebanyak 22 % dari pembakaran batubara dalam proses industri. Gas oksida sulfur terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Gas SO3 berasal dari SO2 yang bereaksi dengan oksigen di udara. Antara 1-5% SO2 teroksidasi langsung menjadi SO3. Kedua gas tersebut bereaksi dengan uap air yang ada di udara sehingga membentuk H2SO3 (asam sulfit) dan H2SO4 (asam sulfat). Apabila asam tersebut terkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan, maka terjadinya hujan asam tidak dapat dihindari lagi. Melalui proses ini, pelepasan Sox dari pembakaran batubara dapat menimbulkan hujan asam di daerah sejauh beratus-ratus kilometer.

Selain tergantung dari pemecahan batubara yang dipakai sebagai bahan bakar, penyebaran gas Sox ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorologi dan geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan Sox menjadi asam sulfat maupun asam sulfite yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batubara maupun minyak bumi di negara tersebut.

. Polutan yang Berperan Dalam Menyebabkan Hujan Asam 

Polutan yang berperan akan terjadinya hujan asam adalah zat SO2 dan NOx di udara. Sekitar 50% yang ada di dalam atmosfer adalah dari sumber alami, antara lain dari letusan gunung berapi dan kebakaran hutan yang alamiah. Sedangkan yang 50% lagi adalah antrofogenik, yaitu berasal dari aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan-bahan fosil (BBF) dan peleburan logam. Namun di daerah yang mempunyai banyak industri dan lalu lintas berat, SO­2 yang antrofogenik lebih tinggi. 

Dari beberapa macam komponen pencemar udara, yang menyebabkan terjadinya hujan asam adalah sebagai berikut: 

1. Nitrogen Oksida (NO2) 

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 asalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NOx tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. 

Kadar NOxdi udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Keberadaan gas N0x di udara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik N02 sebagai berikut: 

NO2 + sinar matahari NO+O 
O+O2 O3 (ozon) 
O3+NO NO2 + O2 

2. Belerang Oksida 

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi dengan benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan seperti, proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya. 

Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar 0,3-1 ppm gas dari pada SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas S02. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada di dalam udara dan kemudian membentuk gas S03 melalui reaksi berikut: 

SO2+ O2(udara) 2S03 

Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batu bara yang digunakan pada kegiatan industri, tranportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfide lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfide. Pada proses peleburan sulfide logam diubah menjadi oksida logam. 

Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfide logam mudah dioksidasi menjadi oksida logam melalui reaksi sebagai berikut: 
2 ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2 
2 PbS + 3O2 2PbO + 2SO2 



Dilihat dari sumbernya, Sox sebanyak 2.4% berasal dari pembakaran bahan bakar minyak untuk transportasi, sebanyak 73.5% berasal dari pembakaran stationer bahan bakar fosil di pusat pembangkit listrik dan sebanyak 22 % dari pembakaran batubara dalam proses industri. Gas oksida sulfur terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Gas SO3 berasal dari SO2 yang bereaksi dengan oksigen di udara. Antara 1-5% SO2 teroksidasi langsung menjadi SO3. Kedua gas tersebut bereaksi dengan uap air yang ada di udara sehingga membentuk H2SO3 (asam sulfit) dan H2SO4 (asam sulfat). Apabila asam tersebut terkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan, maka terjadinya hujan asam tidak dapat dihindari lagi. Melalui proses ini, pelepasan Sox dari pembakaran batubara dapat menimbulkan hujan asam di daerah sejauh beratus-ratus kilometer. 

Selain tergantung dari pemecahan batubara yang dipakai sebagai bahan bakar, penyebaran gas Sox ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorologi dan geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan Sox menjadi asam sulfat maupun asam sulfite yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batubara maupun minyak bumi di negara tersebut. 

. Polutan yang Berperan Dalam Menyebabkan Hujan Asam 

Polutan yang berperan akan terjadinya hujan asam adalah zat SO2 dan NOx di udara. Sekitar 50% yang ada di dalam atmosfer adalah dari sumber alami, antara lain dari letusan gunung berapi dan kebakaran hutan yang alamiah. Sedangkan yang 50% lagi adalah antrofogenik, yaitu berasal dari aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan-bahan fosil (BBF) dan peleburan logam. Namun di daerah yang mempunyai banyak industri dan lalu lintas berat, SO­2 yang antrofogenik lebih tinggi. 

Dari beberapa macam komponen pencemar udara, yang menyebabkan terjadinya hujan asam adalah sebagai berikut: 
1. Nitrogen Oksida (NO2) 
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 asalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NOx tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. 

Kadar NOxdi udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Keberadaan gas N0x di udara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik N02 sebagai berikut: 

NO2 + sinar matahari NO+O 
O+O2 O3 (ozon) 
O3+NO NO2 + O2 

2. Belerang Oksida 

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi dengan benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan seperti, proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya. 

Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar 0,3-1 ppm gas dari pada SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas S02. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada di dalam udara dan kemudian membentuk gas S03 melalui reaksi berikut: 

SO2+ O2(udara) 2S03 

Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batu bara yang digunakan pada kegiatan industri, tranportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfide lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfide. Pada proses peleburan sulfide logam diubah menjadi oksida logam. 

Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfide logam mudah dioksidasi menjadi oksida logam melalui reaksi sebagai berikut: 
2 ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2 
2 PbS + 3O2 2PbO + 2SO2 

Dilihat dari sumbernya, Sox sebanyak 2.4% berasal dari pembakaran bahan bakar minyak untuk transportasi, sebanyak 73.5% berasal dari pembakaran stationer bahan bakar fosil di pusat pembangkit listrik dan sebanyak 22 % dari pembakaran batubara dalam proses industri. Gas oksida sulfur terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Gas SO3 berasal dari SO2 yang bereaksi dengan oksigen di udara. Antara 1-5% SO2 teroksidasi langsung menjadi SO3. Kedua gas tersebut bereaksi dengan uap air yang ada di udara sehingga membentuk H2SO3 (asam sulfit) dan H2SO4 (asam sulfat). Apabila asam tersebut terkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan, maka terjadinya hujan asam tidak dapat dihindari lagi. Melalui proses ini, pelepasan Sox dari pembakaran batubara dapat menimbulkan hujan asam di daerah sejauh beratus-ratus kilometer. 

Selain tergantung dari pemecahan batubara yang dipakai sebagai bahan bakar, penyebaran gas Sox ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorologi dan geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan Sox menjadi asam sulfat maupun asam sulfite yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batubara maupun minyak bumi di negara tersebut. 

. Polutan yang Berperan Dalam Menyebabkan Hujan Asam 

Polutan yang berperan akan terjadinya hujan asam adalah zat SO2 dan NOx di udara. Sekitar 50% yang ada di dalam atmosfer adalah dari sumber alami, antara lain dari letusan gunung berapi dan kebakaran hutan yang alamiah. Sedangkan yang 50% lagi adalah antrofogenik, yaitu berasal dari aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan-bahan fosil (BBF) dan peleburan logam. Namun di daerah yang mempunyai banyak industri dan lalu lintas berat, SO­2 yang antrofogenik lebih tinggi. 

Dari beberapa macam komponen pencemar udara, yang menyebabkan terjadinya hujan asam adalah sebagai berikut: 

1. Nitrogen Oksida (NO2) 
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 asalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NOx tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. 

Kadar NOxdi udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Keberadaan gas N0x di udara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik N02 sebagai berikut: 
NO2 + sinar matahari NO+O 
O+O2 O3 (ozon) 
O3+NO NO2 + O2 
2. Belerang Oksida 

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi dengan benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan seperti, proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya. 

Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar 0,3-1 ppm gas dari pada SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas S02. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada di dalam udara dan kemudian membentuk gas S03 melalui reaksi berikut: 

SO2+ O2(udara) 2S03 

Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batu bara yang digunakan pada kegiatan industri, tranportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfide lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfide. Pada proses peleburan sulfide logam diubah menjadi oksida logam. 

Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfide logam mudah dioksidasi menjadi oksida logam melalui reaksi sebagai berikut: 
2 ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2 
2 PbS + 3O2 2PbO + 2SO2 

Dilihat dari sumbernya, Sox sebanyak 2.4% berasal dari pembakaran bahan bakar minyak untuk transportasi, sebanyak 73.5% berasal dari pembakaran stationer bahan bakar fosil di pusat pembangkit listrik dan sebanyak 22 % dari pembakaran batubara dalam proses industri. Gas oksida sulfur terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Gas SO3 berasal dari SO2 yang bereaksi dengan oksigen di udara. Antara 1-5% SO2 teroksidasi langsung menjadi SO3. Kedua gas tersebut bereaksi dengan uap air yang ada di udara sehingga membentuk H2SO3 (asam sulfit) dan H2SO4 (asam sulfat). Apabila asam tersebut terkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan, maka terjadinya hujan asam tidak dapat dihindari lagi. Melalui proses ini, pelepasan Sox dari pembakaran batubara dapat menimbulkan hujan asam di daerah sejauh beratus-ratus kilometer. 

Selain tergantung dari pemecahan batubara yang dipakai sebagai bahan bakar, penyebaran gas Sox ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorologi dan geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan Sox menjadi asam sulfat maupun asam sulfite yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batubara maupun minyak bumi di negara tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar