Pengertian Asam linolenat

Asam linolenat merupakan asam lemak esensial, yaitu asam lemak yang tidak dapat dibentuk dalam tubuh, sehingga harus dikonsumsi melalui makanan (Harrison, 2006). Asam linolenat merupakan asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA) rantai lurus yang tersusun dari 18 atom karbon. Memiliki dua bentuk isomer, yaitu α-linolenic acid (ALA)dan γ-linolenic acid (GLA), yang keduanya memiliki kerangka karbon mengandung ikatan rangkap yang belum terkonjugasi. Secara IUPAC nama struktur kimia dari ALA adalah asam 9,12,15-oktadekatrienoat, sedangkan GLA adalah asam 6,9,12-oktadekatrienoat. 

Asam α-linolenat (ALA), adalah asam lemak omega-3 yang dikenal memiliki khasiat lebih daripada asam-asam lemak lain, khususnya dalam mencegah rusaknya membran sel. Selain berguna untuk pertumbuhan normal, omega 3 juga mempunyai peranan yang kritis dalam pembentukan dan pertumbuhan fungsi otak. Penelitian yang lebih mendalam juga menemukan bahwa asam lemak omega 3 bisa mengurangi pembengkakan dan membantu mencegah beberapa penyakit kronis seperti penyakit jantung dan arthritis (Muhsin, 2007). 

Asam α-linolenat dapat diisolasi dari minyak yang kaya akan asam linolenat, seperti halnya minyak biji selasih (Ocimum basilicum). Minyak biji selasih memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang cukup tinggi yaitu rata-rata 89 %. Kandungan asam lemak dalam minyak biji selasih yaitu: asam α-linolenat (43,8 – 64,8 %), asam linoleat (17,8 – 31,3 %), dan asam oleat (8,5 – 13,3 %) serta beberapa asam lemak jenuh yaitu asam palmitat (6,1 – 11,0 %) dan asam stearat (2,0 – 4,0 %) (Angers, et al., 1996). 

Asam α-linolenat pada minyak biji selasih dapat diisolasi dengan berbagai metode. Salah satunya menggunakan metode kristalisasi pada temperatur bertingkat, yaitu ± 3, ± (-13), dan ± (-25) 0C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada temperatur -25 0C diperoleh asam α-linolenat dengan kemurnian 91,3957 %, densitas 0,9 g/mL, indeks bias 1,47 serta rendemen 72,38 % (Dewi, 2009). Metode lain yang digunakan untuk mengisolasi asam α-linolenat adalah inklusi urea (urea inclusion). Inklusi urea merupakan metode isolasi yang dilakukan dengan penambahan urea yang mampu membentuk kisi-kisi kristal yang mempunyai ruang yang cukup besar untuk dimasuki suatu molekul yang akan dipisahkan. Pada inklusi urea asam lemak tertentu akan membentuk kompleks dengan urea sehingga pengendapan asam lemak akan terjadi pada temperatur yang lebih tinggi. Metode inklusi urea tidak memerlukan pendinginan pada temperatur yang ekstrim (Ohlan, et al., 2008). 

Isolasi asam lemak menggunakan inklusi urea telah dilakukan pada pemurnian asam dokosaheksaenoat (DHA) dari mikroalga Crypthrcodinium cohnii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi dengan proporsi DHA paling tinggi (99,2 % dari total asam lemak dengan hasil 6,2 %) adalah pada temperatur 4 0C dan perbandingan urea:asam lemak 3,5:1 (Mendes, et al., 2006). Sedangkan Grandgirard (1987) telah melakukan inklusi urea pada asam lemak minyak biji rami (linseed oil) dengan perbandingan urea:asam lemak 2:1 pada temperatur 4 0C menghasilkan pemisahan antara asam α-linolenat dan asam non linolenat. Asam-asam lemak non linolenat terperangkap dalam kristal urea seperti asam palmitat 99,1 %, asam palmitoleat 62,5 %, asam heptadekanoat 100 %, asam heptadekaenoat 75 %, asam stearat 99,4 %, asam oleat 89,8 %, asam linoleat (18:2 Z,E dan E,Z) 83 % dan (18:2 Z,Z) 34,9 %. Hanya sedikit asam α-lonolenat (18:3 Z,Z,Z) yang terperangkap, yakni sekitar 27,1 % dan sisanya tetap berada dalam filtrat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar